- Oleh Wandi
- Kamis, 21 November 2024 | 19:29 WIB
: Menteri PPA Arifah Fauzi dalan Forum Tematik Bakohumas dan Kementerian PPA “Diseminasi Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan (SPHPN) dan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Tahun 2024” di Gedung B.J Habibie, Kantor BRIN, Jakarta pada Kamis (21/11/2024)/foto : InfoPublik/Farizzy Adhy
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Kamis, 21 November 2024 | 14:30 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 124
Jakarta, InfoPublik – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), Arifah Fauzi, menegaskan komitmen pemerintah dalam memaksimalkan fungsi panic button sebagai salah satu alat bantu penting untuk menangani kekerasan terhadap perempuan.
Hal ini disampaikannya di sela-sela kegiatan Forum Tematik Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) bersama Kementerian PPA “Diseminasi Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan (SPHPN) dan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Tahun 2024” di Gedung B.J Habibie, Kantor BRIN, Jakarta pada Kamis (21/11/2024).
Menurut Arifah, panic button berupa call center Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 merupakan bagian dari tiga program utama yang sedang dikembangkan Kementerian PPA.
"Kami ingin memaksimalkan call center yang sudah ada. Tujuannya adalah memastikan koordinasi lebih cepat antara tingkat bawah ke atas maupun sebaliknya, jika terjadi situasi darurat," ujar Arifah kepada InfoPublik.
Menteri Arifah menambahkan bahwa proses pengembangan dilakukan secara bertahap agar efektivitas penggunaan panic button menjadi lebih optimal.
"Seperti naik tangga, semua dilakukan setahap demi setahap. Kami terus mengevaluasi dan mencari cara agar ke depan fungsi panic button ini bisa lebih baik dan efektif," tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri PPA juga menekankan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan beberapa berbagai pihak agar angka kekerasan terhadap anak dan perempuan dapat menurun.
Sebelumnya, peningkatan panic button berupa call center SAPA 129 ini kembali digaungkan oleh Wakil Menteri PPA, Veronica Tan pada Rapat Kerja Nasional (Rakornas) KPAI 2024 di Jakarta pada Selasa (19/11/2023).
Veronica mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan kualitas call center agar mekanismenya lebih dipermudah sehingga dapat mengurangi angka kekerasan bagi perempuan dan anak.
"Program yang akan kita lakukan di Kementerian ini untuk mempunyai panic button di setiap warga, sehingga ketika mereka merasa tidak aman, tidak nyaman, mereka bisa memencet panic button ini," ujar Veronica.
Kementerian PPA sendiri berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan dan teknologi yang mendukung penanganan kekerasan terhadap perempuan.
Evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan diharapkan dapat memastikan bahwa perempuan di seluruh Indonesia mendapatkan perlindungan yang maksimal.