BRIN-UGM Kembangkan Peptida Anti-Kanker dari Bisa Ular Tanah

: Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRTRRB BRIN) berkolaborasi dengan FMIPA UGM untuk kembangkan peptida anti kanker dari bisa ular sawah/ foto: BRIN


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Selasa, 16 Juli 2024 | 14:32 WIB - Redaktur: Untung S - 244


Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah melakukan penguatan riset untuk terapi kanker berbasis peptide yakni dari bisa ular tanah.

Berdasarkan keterangan tertulis www.brin.go.id pada Selasa (16/7/2024), pengembangan obat kanker berbasis peptida dengan teknologi berbasis OMICs (genomics, transcriptomics, proteomics, dan metabolomics) tersebut merupakan salah satu bidang penelitian untuk mencari peptida antikanker sebagai alternatif obat konvensional yang berbasis small molecule.

Berdasarkan hasil dari teknologi tersebut diketahui bahwa salah satu sumber penemuan obat baru untuk peptida antikanker yang menjanjikan adalah racun hewan seperti bisa ular (venom).  

Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyana menyampaikan bahwa pihkanya berkokaborasi dengan Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRTRRB BRIN) melalui penandatanganan perjanjian kerja sama  (PKS) yang dilaksanakan pada Kamis (11/6/2024), hal itu dilakukan dalam rangka penguatan riset untuk memperoleh kandidat obat baru dalam aplikasinya untuk terapi kanker.

“Berbagai pusat riset di BRIN telah banyak yang melakukan kerja sama dengan FMIPA UGM, kami ingin tidak sebatas kajian saja, namun sampai ke hilir dimulai dengan meningkatkan massa produk dari penelitian yang dilakukan,” ujar Kuwat Triyana.

Lebih jauh, Kuwat menyebutkan berdasarkan data International Agency for Research on Cancer pada 2020, terdapat 19,3 juta kasus kanker baru dan 10 juta kasus di antaranya menyebabkan kematian. Metode konvensional pengobatan kanker seperti pembedahan, kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi belum memberikan hasil yang optimal karena efek samping dari terapi kanker yang juga merusak sel normal dan sistem imun. Oleh karena itu, diperlukan inovasi untuk menemukan kandidat obat terapi kanker yang efektif dengan spesifisitas tinggi. 

Peneliti Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN, Isti Daruwati menyampaikan, pada sisi lain, venom ular mengandung campuran berbagai jenis protein dan peptida yang dilaporkan berpotensi memiliki aktivitas biologis berupa anti kanker, agen trombolitik, antimikroba, antivirus, dan antiparasit.

“Spesies ular beracun yang banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia adalah ular tanah (Calloselasma rhodostoma). Spesies ular ini termasuk ke dalam kelompok ular berbisa kuat. Pada penelitian sebelumnya, dua senyawa peptida dari venom ular tanah diketahui memiliki potensi sebagai antikanker terhadap cell line MCF-7,” ujar Isti Daruwati.

Isti juga menyampaikan, diperlukan pula pemahaman yang mendalam tentang mekanisme farmakologis secara in vitro dan in vivo dari venom ular untuk dapat mengarah pada penemuan calon obat kanker baru.

“Radiopeptida adalah radiofarmaka dengan peptida yang digunakan sebagai pembawa radioisotop ke lokasi kanker dimana radiopeptida akan menarget reseptor peptida yang diekspresikan secara berlebihan (over expressed) pada jaringan kanker. Reseptor- reseptor ini merupakan target molekuler potensial pada awal munculnya kanker,” ujarnya. 

Kerja sama riset antara BRIN dan UGM itu bertujuan untuk lebih memahami interaksi dan mekanisme peptida sintesis venom ular tanah dengan protein reseptor. Departemen Kimia, FMIPA UGM mendukung penelitian dalam penyiapan peptida yang berasal dari turunan venom ular dan karakterisasinya, sedangkan PRTRRB BRIN berperan dalam radiosintesis peptida serta uji in vitro baik peptida dan radiopeptida pada sel kanker tulang yaitu MG63 dan sel tulang normal yaitu HfOb dan sel kanker prostat yaitu LNCap dan DU145.

“Sejauh ini sudah ada 10 kandidat peptida yang cukup potensial sebagai obat antikanker dari lapangan yang kami ambil, namun bukti aktivitas uji in vitro masih terbatas. Dari 10 kandidat sudah kami kirim ke BRIN sejumlah empat,”ujar Peneliti dan Dosen Kimia FMIPA UGM,  Respati Tri Swasono.

Pengujian aktivitas anti kanker beberapa peptida sintesis turunan venom ular tanah akan dilakukan secara in vitro dengan mengikatkan radioisotop pada peptida untuk mengetahui afinitas peptida tersebut di berbagai macam sel kanker.

Diharapkan output yang dihasilkan melalui kolaborasi tersebut menunjukkan bahwa venom ular tanah dapat menunjukkan aktivitas antikanker yang signifikan dan interaksi serta mekanisme aksinya dengan protein reseptor dapat diketahui. Selain itu, peptida dan radiopeptida yang diperoleh juga diharapkan akan menjadi kandidat obat baru atau radiofarmaka baru untuk kanker. 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 4 September 2024 | 14:15 WIB
BRIN Imbau Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual untuk Cegah Biopiracy
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 3 September 2024 | 15:14 WIB
BRIN Tegaskan Komitmen Cegah Wabah Mpox di Indonesia melalui Riset Terintegrasi
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 2 September 2024 | 16:01 WIB
BRIN Perkenalkan Sistem TRIGRS untuk Mitigasi Risiko Tanah Longsor di Jawa Barat
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 2 September 2024 | 15:58 WIB
BRIN Paparkan Strategi Adaptasi dan Mitigasi Hadapi Megathrust di Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 2 September 2024 | 14:53 WIB
BRIN Raih Penghargaan Tertinggi Eka Acalapati di JDIHN Awards 2023
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 30 Agustus 2024 | 11:14 WIB
Kementerian PANRB Gelar Survei dan Evaluasi Budaya Kerja ASN 2024
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 28 Agustus 2024 | 22:33 WIB
BRIN Perkuat Riset dan Inovasi Kesehatan untuk Antisipasi Pandemi Mendatang
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 28 Agustus 2024 | 22:00 WIB
BRIN Ungkap GeoMimo sebagai Solusi Inovatif untuk Integrasi Data Geospasial di Indonesia