- Oleh Eko Budiono
- Sabtu, 16 November 2024 | 07:52 WIB
: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat merupakan salah satu contoh proyek energi baru terbarukan (EBT). ANTARA/HO-Humas Kementerian ESDM
Oleh Eko Budiono, Jumat, 20 September 2024 | 17:18 WIB - Redaktur: Untung S - 216
Jakarta, InfoPublik - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, bahwa pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dan penerapan industri hijau merupakan sebuah keharusan.
Seperti dilansir laman Kementerian ESDM, Jumat (20/9/2024), Indonesia harus mengambil peran strategis dengan mengedepankan pelestarian alam dan pengoptimalan energi bersih.
"Hari ini, dunia berbicara tentang green energy dan green industry yang berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang. Jadi, saya pikir kita tidak memiliki pilihan lain. Ke depan, pembangunan yang berorientasi pada lingkungan harus menjadi bagian penting," ujar Bahlil.
Bahlil mengatakan, bahwa tren penggunaan energi ramah lingkungan bahkan telah merambah sektor perbankan.
Di berbagai negara, termasuk Eropa, bank-bank kini mempersyaratkan adanya rekomendasi dari lembaga lingkungan untuk memberikan pembiayaan.
"Di Eropa dan beberapa negara lainnya, perbankan hanya akan memberikan kredit jika ada rekomendasi dari lembaga-lembaga pemerhati lingkungan," ungkapnya.
Ia menekankan, langkah itu bukan hanya tanggung jawab saat ini, tetapi juga upaya untuk mewariskan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
"Apa yang kita lakukan saat ini adalah demi mewariskan masa depan yang lebih baik kepada anak cucu kita," lanjutnya.
Bahlil optimistis bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memaksimalkan pemanfaatan energi hijau.
Dengan berbagai sumber daya energi terbarukan yang melimpah, Indonesia dinilai memiliki kapasitas yang cukup untuk berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon.
"Kita memiliki kemampuan luar biasa terhadap sumber daya alam. Energi terbarukan kita cukup melimpah," katanya.
Selain itu, Bahlil menekankan pentingnya menjaga kelestarian hutan yang masih ada serta memanfaatkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon untuk mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.