- Oleh MC PROV ACEH
- Kamis, 26 Desember 2024 | 17:01 WIB
: Pj Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal Z.A., menekan tombol sirene untuk mengenang Tsunami Aceh bersamaan dengan berhentinya tafakur selama tiga menit, di halaman Masjid Raya Baitturahman Banda Aceh, Kamis (26/12/2024). (Foto: istimewa)
Oleh MC PROV ACEH, Kamis, 26 Desember 2024 | 17:15 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 150
Banda Aceh, InfoPublik – Dua dekade telah berlalu sejak gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo dan tsunami dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Tragedi ini merenggut lebih dari 170.000 jiwa serta menghancurkan ratusan ribu rumah, sekolah, dan fasilitas vital lainnya.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, Pemerintah Aceh menggelar refleksi akbar di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada Kamis (26/12/2024). Ribuan masyarakat mengikuti zikir dan doa bersama yang dipimpin oleh Habib Abdul Haris Alaydrus.
Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal Z.A., hadir bersama pimpinan Forkopimda Aceh, duta besar negara sahabat, beberapa menteri, anggota DPR/DPD RI asal Aceh, serta para bupati/wali kota. Turut hadir Sekda Aceh, Kepala SKPA, dan Kepala Biro di lingkungan Setda Aceh. Dalam kata sambutannya, Safrizal menggarisbawahi pentingnya peringatan ini sebagai pelajaran hidup.
"Gempa dan tsunami adalah ujian berat dari Allah. Namun, kita juga menyaksikan solidaritas dunia yang luar biasa untuk Aceh. Ini menjadi bukti bahwa kemanusiaan melampaui batas-batas geografis," ujarnya.
Sebagai bentuk penghargaan, Safrizal menyerahkan penghargaan Aceh Thanks to The World kepada tokoh dan institusi yang berkontribusi selama bencana. Penghargaan ini diberikan kepada Rafli Kande, tokoh Aceh yang suaranya menginspirasi dunia; Bedu Saini, fotografer Harian Serambi Indonesia yang mengabadikan momen tsunami; dan Cut Putri, yang mendokumentasikan peristiwa tersebut. Metro TV juga menerima penghargaan atas perannya menyampaikan informasi tentang tsunami ke dunia.
Apresiasi serupa diberikan kepada perwakilan negara sahabat, di antaranya Duta Besar Kerajaan Maroko, Duta Besar Jepang, Konsulat Amerika Serikat, Konsulat Kedutaan Besar Kuwait, Konsulat Jenderal India, dan Konsulat Jenderal Malaysia.
Safrizal menegaskan bahwa tragedi tsunami menjadi momentum perdamaian di Aceh, yang ditandai dengan penandatanganan MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005. "Tragedi ini mengajarkan kita pentingnya perdamaian untuk membangun masa depan Aceh yang lebih baik," katanya.
Peringatan 20 tahun tsunami ini menjadi puncak dari rangkaian kegiatan selama tiga bulan. Beragam kegiatan dilakukan, seperti edukasi kebencanaan, pelatihan mitigasi bencana, program penanaman pohon melalui Tahiroe Aceh, hingga tabur bunga di Ulee Lheu dan lokasi lainnya. Selain itu, santunan dan paket pendidikan diberikan kepada 300 anak yatim sebagai bentuk kepedulian terhadap generasi penerus Aceh.
"Solidaritas dan gotong royong adalah nilai luhur bangsa kita. Kita tidak akan pernah melupakan jasa negara-negara sahabat, donatur, dan relawan yang membantu kita bangkit," kata Safrizal.
Masyarakat Aceh diimbau untuk menjadikan peringatan ini sebagai refleksi spiritual dan sosial. “Mari kita jaga semangat kebersamaan ini untuk membangun Aceh dan dunia yang lebih baik,” tuturnya.
Sebelum acara utama, Safrizal bersama Aa Gym, Kapolda Aceh Irjen Pol. Achmad Kartiko, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Niko Fahrizal, dan jajaran Kepala SKPA, berziarah ke Kuburan Massal Ulee Lheue. (MC Aceh/01)