- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Kamis, 21 November 2024 | 08:35 WIB
© 2023 - Portal Berita InfoPublik.
: Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi (kiri) menjadi narasumber pada sesi panel Energy Transition: Innovations, Sustainability, Approaches, Strategic Efforts and Initiatives to Achieve Indonesia's Vlimate Goals yang berlangsung di Paviliun Indonesia pada acara Conference of the Parties (COP) ke-29 dengan tema besar “In Solidarity for a Green World” yang diselenggarakan di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024) waktu setempat. ANTARA/HO-Humas Pertamina
Oleh Eko Budiono, Kamis, 14 November 2024 | 17:52 WIB - Redaktur: Untung S - 155
Jakarta, InfoPublik – PT Pertamina berkomitmen meningkatkan kapasitas pembangkit panas bumi guna mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Langkah ini sejalan dengan upaya menurunkan emisi karbon nasional.
CEO PT Pertamina Geothermal Energi Tbk (PGEO), Julfi Hadi, dalam sesi panel bertajuk Energy Transition: Innovations, Sustainability, Approaches, Strategic Efforts and Initiatives to Achieve Indonesia's Climate Goals, menyampaikan rencana strategis ini di Paviliun Indonesia pada ajang Conference of the Parties (COP) ke-29 di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024). Tema utama acara adalah "In Solidarity for a Green World."
Julfi mengungkapkan bahwa Pertamina menargetkan pengembangan kapasitas panas bumi hingga 1,5 gigawatt (GW) pada tahun 2030. Investasi sebesar 50 juta dolar AS dialokasikan untuk mendukung pertumbuhan kapasitas pembangkit panas bumi hingga mencapai 10,5 GW.
“Panas bumi adalah baseload sumber kelistrikan yang stabil dan signifikan. Ini merupakan kunci dalam mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang dicanangkan pemerintah,” ujar Julfi.
Panas bumi, lanjut Julfi, terbukti menjadi sumber energi yang andal dan harus segera dioptimalkan. “Dengan rencana pertumbuhan ekonomi berbasis industri hilirisasi dan manufaktur, pasokan listrik yang stabil dan bersih sangat diperlukan. Panas bumi merupakan solusi terbaik,” jelasnya.
Pertamina juga mengembangkan model risiko yang lebih rendah dalam investasi panas bumi, termasuk penggunaan teknologi Electrical Submersible Pumps. Teknologi ini mampu meningkatkan produksi di sumur subkomersial dan mempercepat pengembangan proyek panas bumi dari 10 tahun menjadi hanya 5 tahun.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa Indonesia tetap konsisten mencapai target Net Zero Emission (NZE).
“Panas bumi sangat penting sebagai sumber energi bersih dan stabil untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Potensi Indonesia besar, mencapai lebih dari 23 GW, namun saat ini baru dimanfaatkan sekitar 2,5 GW atau 11 persen,” ungkap Eniya.