- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Kamis, 14 November 2024 | 18:35 WIB
: Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi saat menjadi narasumber pada sesi panel Energy Transition: Innovations, Sustainability, Approaches, Strategic Efforts and Initiatives to Achieve Indonesia's Vlimate Goals yang berlangsung di Paviliun Indonesia pada acara Conference of the Parties (COP) ke-29 dengan tema besar “In Solidarity for a Green World”. yang diselenggarakan di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan. Rabu (13/11/2024)/ foto: Pertamina
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 14 November 2024 | 18:08 WIB - Redaktur: Untung S - 115
Jakarta, InfoPublik – PT Pertamina (Persero) terus berkomitmen untuk mempercepat transisi energi dengan mengembangkan sumber energi bersih, termasuk panas bumi. Panas bumi dinilai menjadi salah satu sumber energi kunci untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa Indonesia tetap konsisten dalam upaya mencapai target Net Zero Emission (NZE). Menurutnya, panas bumi adalah sumber energi yang penting dan stabil untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.
“Potensi panas bumi di Indonesia sangat besar, mencapai lebih dari 23 gigawatt (GW), tetapi saat ini baru dimanfaatkan sekitar 2,5 GW atau 11 persen,” ungkap Eniya dalam panel Energy Transition: Innovations, Sustainability Approaches, Strategic Efforts and Initiatives to Achieve Indonesia's Climate Goals pada COP 29, Rabu (13/11/2024).
Eniya menambahkan bahwa dengan memanfaatkan panas bumi secara optimal, penurunan emisi CO2 dapat mencapai 22 juta ton pada tahun 2030. Pemerintah berkomitmen mendukung pengembangan panas bumi, termasuk dengan menyederhanakan regulasi perizinan dan meningkatkan return on investment (IRR) sebesar 1,5 persen.
“Presiden telah menegaskan pentingnya pengembangan panas bumi. Dukungan internasional juga sangat dibutuhkan agar Indonesia dapat menjadi pemimpin global dalam pemanfaatan geothermal,” kata Eniya.
CEO PT Pertamina Geothermal Energi Tbk (PGEO), Julfi Hadi, menjelaskan bahwa panas bumi mampu menjadi baseload sumber kelistrikan yang stabil. “Panas bumi adalah sumber energi yang terbukti andal dan harus segera dikembangkan. Dengan rencana pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada industri hilirisasi dan manufaktur, pasokan listrik yang stabil dan bersih sangat krusial. Panas bumi adalah jawabannya,” tegas Julfi.
PGEO menargetkan pengembangan panas bumi mencapai 1,5 GW pada 2030. Untuk mewujudkannya, berbagai strategi, termasuk investasi, sedang digalakkan. “Pengembangan ini membutuhkan investasi sebesar 50 juta dolar AS, dengan target kapasitas pembangkit hingga 10,5 GW,” ujar Julfi.
Untuk menarik investasi di sektor panas bumi, Pertamina memperkenalkan model risiko yang lebih rendah dengan bantuan teknologi seperti Electrical Submersible Pumps. Teknologi ini mampu meningkatkan produksi di sumur subkomersial dan mempercepat proyek pengembangan geothermal dari 10 tahun menjadi hanya 5 tahun.
“Pompa ini meningkatkan produksi, bahkan di sumur yang sebelumnya dianggap kurang ekonomis. Dengan teknologi ini, waktu pengembangan sektor geothermal bisa dipersingkat secara signifikan,” tambah Julfi.
Sebagai pemimpin di bidang transisi energi, Pertamina mendukung target NZE 2060 dan terus mengembangkan program yang berkontribusi langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya ini dilakukan dengan mematuhi prinsip-prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi perusahaan.