Bapanas Tetapkan HPP Gabah dan Beras

: Presiden Joko Widodo dan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat mengunjungi sawah di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat/Foto : Humas Bapanas


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Selasa, 16 Juli 2024 | 07:32 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 380


Jakarta, InfoPublik - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras guna menjadi basis Perum Bulog dalam menyerap produksi dalam negeri, ditujukan sebagai jaring pengaman harga di tingkat petani.

Hal ini dilakukan karena fluktuasi harga gabah sangat dipengaruhi oleh musim panen yang harga gabah bisa anjlok akibat lonjakan hasil panen. Sebaliknya, saat musim paceklik tiba, harga gabah mulai menaik sampai ada panen raya berikutnya.

“Penetapan HPP jelang panen raya memang sangat dibutuhkan sedulur petani. Ini dapat memberi kepastian harga untuk penyerapan Bulog dan terbukti dapat menjaga harga ditingkat produsen terhindar dari kejatuhan harga yang sangat mendalam saat panen raya,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik pada Senin (15/7/2024).

Dalam publikasi “Evaluasi Statistik Harga Produsen Gabah 2023” yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2024, disebutkan sepanjang 2023, persentase kasus harga gabah di bawah HPP relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi, dipengaruhi meningkatnya harga jual gabah dan permintaan dibandingkan tahun sebelumnya.

Lebih lanjut, dalam publikasi tersebut, BPS melaporkan persentase tertinggi kasus harga gabah di bawah HPP sempat terjadi pada April 2023 sebesar 22,75 persen di tingkat petani. Persentase ini mengalami penurunan secara perlahan di bulan-bulan berikutnya hingga di Desember 2023 berada di 0,12 persen. Persentase kasus harga gabah di bawah HPP disebutkan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022.

Sedangkan untuk perkembangan produksi beras di 2024 menurut Kerangka Sampel Area (KSA) BPS amatan Mei yang terbit pada minggu ketiga Juni lalu, April 2024 merupakan titik tertinggi estimasi produksi beras yang dapat mencapai 5,31 juta ton. Sementara puncak produksi beras di 2023 terjadi pada Maret di angka 5,13 juta ton. 

Selanjutnya dari data KSA BPS amatan Mei, proyeksi produksi beras di Juni 2024 bisa meraih 2,02 juta ton. Lalu di Juli mulai naik ke 2,19 juta ton dan di Agustus 2,67 juta ton. Sementara menurut berita resmi statistik BPS terbitan 1 Juli 2024, rerata harga GKP pada April 2024 sempat berada di Rp 5.686 per kilogram (kg) dengan kadar air 20,74 persen dan mulai membaik mendekati HPP pada Juni 2024 berada di Rp 6.171 per kg dengan kadar air 19,68 persen.

“Di 2024 ini memang lebih menantang. Adanya kemunduran panen raya yang biasanya di Maret, ini kita lihat di tahun 2024 panen raya di April, sehingga pada awal April segera kita terapkan kebijakan fleksibilitas HPP gabah menjadi Rp6.000 per kilo. Tentunya ini sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi yang meminta harga petani saat panen raya tidak boleh merosot tajam,” ujar Arief.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Rabu, 4 September 2024 | 05:51 WIB
Indonesia Perkuat Ketahanan Pangan Global melalui Kolaborasi di IAF 2024
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 2 September 2024 | 21:41 WIB
Presiden Jokowi Dorong Produksi Vaksin Lokal di Ghana melalui Kerja Sama dengan Bio Farma
  • Oleh Putri
  • Senin, 2 September 2024 | 21:27 WIB
Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Naik 9,42 Persen di Juli 2024
  • Oleh MC PROV GORONTALO
  • Senin, 2 September 2024 | 22:40 WIB
Nilai Ekspor Provinsi Gorontalo Mencapai 11.810.988 Dolar
  • Oleh MC PROV GORONTALO
  • Senin, 2 September 2024 | 22:24 WIB
Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Naik 2,60 Persen
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 30 Agustus 2024 | 21:52 WIB
Jokowi Terima Agricola Medal FAO atas Peran dalam Ketahanan Pangan Global
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 30 Agustus 2024 | 17:06 WIB
Agricola Medal untuk Jokowi: Bukti Pengakuan Global atas Ketahanan Pangan Indonesia