- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Jumat, 4 Oktober 2024 | 07:00 WIB
: Deputy Head I of Permanent Committee for Planning and Evaluating Watershed, Protected Forest, and Mangrove KADIN Indonesia, Chintya Dian Astuti, saat menjadi salah satu pembicara di Mini Talkshow rangkaian IISF 2024 dengan mengangkat tema acara TERA Program: Collaborative Action for Mangrove Restoration, di JCC Jakarta Pusat, Jumat (6/9/2024)/Foto: Fajri InfoPublik/Istimewa
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Jumat, 6 September 2024 | 14:18 WIB - Redaktur: Untung S - 324
Jakarta, InfoPublik – Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 menjadi ajang strategis yang mengusung tema kolaborasi inklusif dalam mencapai restorasi mangrove yang berkelanjutan. Forum itu bertujuan untuk menghadirkan solusi bagi tantangan global, seperti perubahan iklim, deforestasi, dan konflik lahan.
Deputy Head I of Permanent Committee for Planning and Evaluating Watershed, Protected Forest, and Mangrove KADIN Indonesia, Chintya Dian Astuti, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antarpihak dalam Mini Talkshow IISF 2024 yang mengangkat tema TERA Program: Collaborative Action for Mangrove Restoration di JCC, Jakarta, pada Jumat (6/9/2024).
"KADIN Indonesia sangat mengedepankan kolaborasi inklusif dan progresif. Kami percaya bahwa upaya besar seperti restorasi mangrove tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan melalui kerja sama berbagai pihak," ujar Chintya.
Kolaborasi Inklusif untuk Restorasi Mangrove
Sesi ini menjadi bagian penting dalam IISF 2024, menghadirkan berbagai narasumber dari sektor swasta, pemerintah, Non-Governmental Organization (NGO), dan masyarakat. Para panelis berbagi pengalaman tentang tantangan dan solusi restorasi mangrove, mulai dari dampak perubahan iklim hingga pengelolaan ekosistem pesisir yang berkelanjutan.
Salah satu solusi yang diusulkan adalah pengembangan model ekonomi berbasis ekosistem. Pendekatan ini tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir. Dalam restorasi mangrove, model ekonomi ini terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pariwisata dan pemanfaatan sumber daya alam yang bertanggung jawab.
Dukungan dari TERA Program dan CarbonEthics
Program TERA (Take Environmental Regenerative Action) telah menjadi contoh nyata kolaborasi multipihak dalam konservasi mangrove. Melalui platform ini, TERA berhasil melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama memulihkan ekosistem mangrove di pesisir Indonesia.
Bumi Soewadji, CEO CarbonEthics, menegaskan pentingnya restorasi mangrove dalam meningkatkan kehidupan masyarakat pesisir. Ia menceritakan bagaimana komunitas pesisir yang terdampak pandemi COVID-19 mengalami kesulitan ekonomi, namun dengan adanya program restorasi mangrove, mereka kembali memiliki penghasilan.
“Waktu COVID-19, banyak komunitas pesisir kehilangan pendapatan, tetapi melalui program CarbonEthics, mereka mampu bangkit. Salah satu petani mengatakan kepada saya bahwa program ini membantu mereka kembali bisa membeli beras untuk keluarga," ujar Bumi.
Cerita ini menjadi bukti bahwa restorasi mangrove tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir.
Komitmen Bersama untuk Masa Depan Berkelanjutan
Pada sesi TERA Program di IISF 2024, Indonesia kembali menegaskan komitmennya untuk memulihkan ekosistem mangrove dengan pendekatan kolaboratif. Upaya itu diharapkan dapat mendukung tujuan nasional dalam mengatasi perubahan iklim sekaligus menjaga kekayaan alam demi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, swasta, NGO, dan masyarakat, target restorasi mangrove di seluruh Indonesia menjadi lebih realistis. IISF 2024 menunjukkan bahwa kerja sama multipihak adalah kunci utama untuk keberhasilan proyek restorasi mangrove yang berkelanjutan.