- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Sabtu, 2 November 2024 | 21:37 WIB
: Penandatanganan dua bentuk kerja sama, yaitu dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dan dengan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Kamis (5/9/2024)/ foto: Pertamina
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Minggu, 8 September 2024 | 06:40 WIB - Redaktur: Untung S - 329
Jakarta, InfoPublik – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung transisi energi melalui pengembangan bisnis bioetanol. Pertamina NRE berencana membangun pabrik bioetanol untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya domestik, yang ditandai dengan penandatanganan dua perjanjian kerja sama strategis pada Kamis (5/9/2024).
Pertama, Pertamina NRE bekerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), dan kedua, dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Penandatanganan ini dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE, John Anis, bersama Direktur Utama SGN, Mahmudi, serta Penjabat (Pj) Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake.
“Kerja sama ini merupakan langkah strategis dalam pengembangan bioetanol di Indonesia. Kolaborasi dengan SGN dan Pemprov NTT diharapkan akan mempercepat transisi energi nasional dan memberikan dampak positif bagi Indonesia,” ujar John Anis, dalam keterangan tertulisnya Sabtu (7/9/2024).
Pertamina NRE dan SGN sepakat untuk membangun pabrik bioetanol di Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur, dengan kapasitas produksi mencapai 30.000 kiloliter per tahun. Pabrik ini akan memanfaatkan molase, produk samping dari pengolahan tebu, sebagai bahan baku.
Selain itu, dengan Pemerintah Provinsi NTT, Pertamina NRE akan mengembangkan bioetanol melalui identifikasi lahan potensial untuk tanaman energi seperti tebu, jagung, dan singkong. Kerja sama ini tidak hanya mendukung transisi energi, tetapi juga memberikan manfaat bagi pertanian lokal dan kesejahteraan masyarakat di NTT.
Pj. Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake, menyatakan apresiasinya atas inisiatif ini, yang diharapkan akan mempercepat kemajuan daerah serta menciptakan lapangan kerja baru. “NTT memiliki potensi besar untuk tanaman energi seperti jagung, yang akan mendukung pengembangan bioetanol oleh Pertamina NRE,” ujar Ayodhia.
Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (BBN). Pertamina juga telah memulai implementasi bioetanol dalam produk Pertamax Green 95 pada tahun 2023, yang merupakan bagian dari strategi untuk menekan impor BBM dan mendukung swasembada energi nasional.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa kemitraan antara pemerintah dan swasta sangat penting dalam mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060. “Pertamina terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan keberhasilan transisi energi nasional,” ujar Fadjar.
Ke depan, Pertamina NRE akan menjadi penyedia bioetanol yang dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga, sebagai bagian dari komitmen Pertamina Group dalam mengusung energi bersih dan berkelanjutan.