- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Kamis, 9 Januari 2025 | 05:09 WIB
: Anggota DPRD Jatim, M. Nasih Aschal ditemui di DPRD Jatim. Foto: pca MC Jatim
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Rabu, 8 Januari 2025 | 19:07 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 118
Surabaya, InfoPublik - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim, M Nasich Ashchal, mengingatkan dan berharap sekaligus mendorong Pemprov Jatim lebih proaktif guna melakukan komunikasi, sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait dalam upaya antisipasi dan mitigasi bencana yang bisa terjadi akibat curah hujan yang tinggi tersebut.
Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak musim penghujan 2025 terjadi pada kisaran Januari hingga Februari mendatang. Potensi ancaman banjir menjadi hal serius yang perlu dilakukan antisipasi di Jatim.
“Potensi banjir susulan atau pun genangan air yang cukup tinggi di beberapa daerah di Jatim yang menjadi langganan banjir perlu dilakukan antisipasi dan penanganan yang baik dari hulu ke hilir,” ujar Lora (Ra) Nasich, sapaan akrab M Nasich Ashchal yang dikonfirmasi, Rabu (8/1/2025).
“Kami mendorong Pemprov proaktif berkomunikasi dengan pemerintah kabupaten atau kota dan tentunya dengan BBWS untuk memastikan kesiapan antisipasi terjadinya banjir susulan,” sambung Ra Nasih yang juga Ketua Fraksi Nasdem ini.
Menurut Ra Nasich, penanganan banjir tidak bisa sepotong sepotong tetapi ini harus dilakukan secara tuntas dan komprehensif serta terintegrasi dengan baik. Dirinya mencontohkan dari hulunya itu ini erat kaitanya dengan potensi terjadinya penggundulan hutan atau pengembangan lahan untuk pembangunan baik pemukiman ataupun bangunan yang lain sehingga menyebabkan daerah resapan air menjadi berkurang secara maksimal.
“Akibatnya air yang mengalir ke sungai itu debitnya menjadi besar sehingga berpotensi menyebabkan banjir,” beber politikus asal Bangkalan Madura ini.
Selanjutnya terkait permasalahan sungai, lanjut Ra Nasich diperlukan duduk bersama untuk bersinergi dalam usaha mencegah dan mengantisipasi terjadinya banjir. Ini juga harus melibatkan BBWS Brantas maupun BBWS Bengawan Solo selian Kota kab dan Provinsi.
Di sisi lain, masalah kebersihan sungai juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terjadinya banjir. Mengingat, masih banyak dijumpai adanya sampah alami seperti enceng gondok, bambu, ranting dan batang pohon tumbang yang dibiarkan masuk ke sungai.
“Ditambah lagi kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai sehingga mereka membuang sampah rumah tangga ke sungai tanpa berpikir dampak yang bisa ditimbulkan seperti aliran sungai buntu dan menjadi dangkal sehingga mengakibatkan banjir. Potensi lain yang bisa timbul dalam permasalahan sungai sungai di Jatim adalah adanya penyempitan dan pendangkalan sungai. Kemudian tanggul yang kategorinya masuk kategori kritis, ini menjadi problematika yang luar biasa dalam penanganan banjir.”imbuhnya.
Komunikasi intensif dan duduk bersama harus dilakukan. Pemprov lintas OPD, Pemkab-Pemkot dan instansi vertikal di Jatim lainya guna mencari solusi bersama tidak dilakukan secara sepot sepotong. “Penanganan ini tidak bisa bersifat aksi dan reaksi, saat ada banjir baru ditangani. Lebih tepatnya kita harus berupaya melakukan pencegahan jangan sampai kemudian terjadi bencana baru kita eksekusi,”tambahnya. (MC Jatim/ida-pca/eyv)