Realisasi Investasi Triwulan III 2024 Capai Rp431,5 Triliun, Tumbuh 15,3 Persen YoY

: Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani saat menyampaikan paparannya dalam Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2024/Foto : Farizzy InfoPublik


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Selasa, 15 Oktober 2024 | 21:13 WIB - Redaktur: Untung S - 93


Jakarta, InfoPublik – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan bahwa realisasi investasi pada triwulan ketiga 2024 mencapai Rp431,5 triliun. Peningkatan itu menunjukkan pertumbuhan sebesar 15,3 persen secara year-on-year (YoY).

Pernyataan tersebut disampaikan Rosan dalam Konferensi Pers mengenai Realisasi Investasi Triwulan III 2024 dan Capaian Kinerja Investasi 10 Tahun Pemerintahan Presiden Jokowi di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, pada Selasa (15/10/2024).

Melalui realisasi investasi ini, Rosan menyebutkan bahwa penyerapan tenaga kerja pada periode ini mencapai 650.172 orang, yang menunjukkan komitmen investasi dalam menciptakan lapangan kerja baru di Indonesia. “Penyerapan tenaga kerja ini selalu menjadi salah satu parameter penting dalam peningkatan investasi di Indonesia,” kata Rosan.

Dari segi sebaran wilayah, investasi di luar Pulau Jawa berhasil mendominasi dengan kontribusi sebesar 50,7 persen atau Rp218,8 triliun, sementara Pulau Jawa menyumbang 49,3 persen atau Rp212,7 triliun. Peningkatan investasi di Pulau Jawa mencapai 15,9 persen, sementara luar Pulau Jawa tumbuh 14,6 persen. Rosan menambahkan bahwa dominasi investasi luar Jawa didukung oleh berbagai proyek strategis yang sedang berjalan di wilayah tersebut.

Dalam kategori jenis investasi, Penanaman Modal Asing (PMA) mencatat kenaikan signifikan sebesar 18,5 persen YoY, mencapai Rp232,7 triliun atau 53,9 persen dari total realisasi. Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menunjukkan peningkatan sebesar 11,6 persen, dengan total Rp198,8 triliun atau 46,1 persen dari total investasi.

Sektor transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi menjadi penyumbang terbesar dalam investasi triwulan ketiga, dengan total Rp58 triliun atau 13,5 persen dari total investasi. Diikuti oleh sektor logam dasar dan barang logam yang menyumbang 12,9 persen atau Rp55,9 triliun, serta sektor pertambangan dengan Rp44,6 triliun atau 10,3 persen. Sektor kimia dan farmasi berkontribusi Rp31,6 triliun, sementara sektor makanan menyumbang Rp31,3 triliun, masing-masing sebesar 7,3 persen dari total investasi.

Kepala BKPM menjelaskan bahwa berdasarkan peta wilayah, DKI Jakarta mencatat realisasi investasi terbesar dengan Rp71,4 triliun, diikuti oleh Jawa Barat dengan Rp56,6 triliun. Jawa Timur dan Sulawesi Tengah masing-masing mencatat Rp38,8 triliun, serta Banten sebesar Rp25,2 triliun.

Di Sulawesi Tengah, peningkatan investasi terutama terlihat pada industri logam dasar dan barang logam, yang mencapai Rp24,3 triliun. Wilayah seperti Kabupaten Morowali, Morowali Utara, Banggai, Palu, dan Parigi Moutong menjadi pusat investasi di sektor ini.

Singapura tetap menjadi negara dengan investasi terbesar di Indonesia selama 10 tahun terakhir, dengan nilai investasi pada triwulan ketiga mencapai USD5,5 miliar. Diikuti oleh Hong Kong sebesar USD2,2 miliar, Tiongkok USD1,9 miliar, Malaysia USD1 miliar, dan Amerika Serikat USD0,8 miliar.

Atas pencapaian tersebut, Menteri Investasi Rosan menyebutkan beberapa kebijakan yang mendorong peningkatan investasi. Pertama, adanya Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang memberikan kemudahan bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.

“Kebijakan UU Cipta Kerja memiliki peran penting, terutama dalam merevisi daftar investasi yang sebelumnya tertutup bagi asing. Saat ini, beberapa sektor yang dulu tertutup telah dibuka, namun tetap melindungi sektor UMKM dari penetrasi asing. Kebijakan ini disambut positif oleh para investor, terutama dari luar negeri,” ujar Rosan.

Kedua, Kementerian Investasi/BKPM terus memperbaiki iklim investasi, termasuk penyempurnaan sistem OSS (Online Single Submission) untuk mempercepat proses perizinan. Selain itu, fase bonus demografi Indonesia yang memiliki populasi usia produktif mencapai rata-rata 30 tahun juga menjadi daya tarik bagi investor.

“Kondisi ini menjadi salah satu daya tarik bagi para investor. Selain itu, kelas menengah Indonesia yang saat ini berjumlah sekitar 56-57 juta orang diproyeksikan akan meningkat menjadi 80 juta pada 2025,” pungkasnya.

Dengan realisasi investasi yang terus tumbuh, pemerintah optimis bahwa target investasi hingga akhir tahun dapat tercapai, sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Selasa, 15 Oktober 2024 | 21:03 WIB
Minat Investor Asing Meningkat di IKN, Proyek Solar Panel Singapura Siap Hadir
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 15 Oktober 2024 | 18:20 WIB
Kemperin Catat Perkembangan Ekspor Industri Perhiasan Capai USD4 Juta
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Selasa, 15 Oktober 2024 | 18:15 WIB
Kemnaker Dukung Pengembangan SDM di Bidang Pengelasan lewat BLK Karimun
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Selasa, 15 Oktober 2024 | 06:57 WIB
Indonesia Promosikan Kemajuan Perkeretaapian Nasional di Kancah Internasional
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Selasa, 15 Oktober 2024 | 06:30 WIB
Kemenhub Terus Jalankan Reformasi Pola Pengasuhan di Perguruan Tinggi