- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 28 November 2024 | 19:23 WIB
: Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwigyono saat menghadiri acara International Day of Awareness of Food Loss and Waste 2024 di Surakarta pada Minggu (30/9/2024)/Foto : Humas Bapanas
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Senin, 30 September 2024 | 14:20 WIB - Redaktur: Untung S - 339
Jakarta, InfoPublik – Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) semakin intensif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghindari perilaku boros pangan. Melalui berbagai kampanye dan gerakan nyata, Bapanas menargetkan pengelolaan Susut dan Sisa Pangan (SSP) sebesar 50 persen pada 2030 dan 75 persen pada 2045. Pemerintah optimistis dapat mencapai pengurangan SSP yang signifikan melalui langkah-langkah strategis.
Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, Nyoto Suwignyo, menyampaikan bahwa Indonesia harus menjadi negara maju tanpa boros pangan, berbeda dari negara-negara maju yang memiliki tingkat food waste tinggi. Hal ini diutarakan saat peringatan International Day of Awareness of Food Loss and Waste (IDAFLW) 2024 di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (29/9/2024).
"Kita harus mempersiapkan Indonesia sebagai negara maju yang berbeda. Melalui peringatan Hari Kesadaran Internasional tentang Susut dan Sisa Pangan, kita berupaya menciptakan progres signifikan setiap tahunnya," ujar Nyoto dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik pada Senin (30/9/2024).
Sejak diluncurkan pada akhir 2022, Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) yang digagas Bapanas berhasil menyelamatkan lebih dari 71 ribu kilogram pangan hingga September 2024. Gerakan ini mengusung semangat "Stop Boros Pangan" dan melibatkan mobil logistik untuk menyalurkan donasi pangan di wilayah Jabodetabek. Pada tahun ini, gerakan tersebut diperluas dengan pengembangan regulasi tata kelola SSP serta promosi global.
“Kami mendorong regulasi yang kuat sebagai dasar tata kelola SSP di Indonesia. Saat ini, Bapanas sedang mempersiapkan draft rancangan peraturan presiden terkait tata kelola SSP,” ungkap Nyoto.
Sektor rumah tangga tercatat sebagai penyumbang terbesar SSP, dengan sekitar 79 kilogram per kapita per tahun. Untuk itu, Nyoto menekankan perlunya perubahan perilaku masyarakat agar lebih bijak dalam memanfaatkan pangan, demi efisiensi pangan nasional.
Edukasi dan Kolaborasi Kunci Pengurangan SSP
Penjabat Wali Kota Surakarta, Dhoni Widianto, juga menegaskan pentingnya edukasi dalam upaya mengurangi boros pangan di tingkat rumah tangga. “Gerakan stop boros pangan sangat penting dan harus terus digencarkan, terutama melalui edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa gerakan penyelamatan pangan berdampak positif pada stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. "Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam gerakan penyelamatan pangan, yang dapat memperkuat stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat demi mewujudkan Indonesia Emas 2045," tegas Arief.
Pada peringatan IDAFLW 2024, Bapanas memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah, komunitas, dan perusahaan yang berkontribusi aktif dalam penyelamatan pangan. Penerima penghargaan termasuk Pemerintah Kota Surakarta, Kota Tasikmalaya, organisasi seperti Foodbank of Indonesia, serta perusahaan swasta seperti PT Lion Super Indo.
Dengan tema "Stop Boros Pangan. Demi Kita. Demi Bumi", peringatan IDAFLW 2024 diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi susut dan sisa pangan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.