Makassar New Port Jadi Hub Indonesia dan Internasional Berkelas Dunia

: Presiden RI Joko Widodo (kiri) bersama Menhub Budi Karya Sumadi (tengah) dan Pj Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin (kanan) usai meresmikan Makassar New Port/Foto: Kemenhub


Oleh Dian Thenniarti, Jumat, 23 Februari 2024 | 06:01 WIB - Redaktur: Untung S - 946


Jakarta, InfoPublik - Kehadiran Makassar New Port (MNP) merupakan energi baru bagi Indonesia, sebab menjadi hub Indonesia dan hub internasional yang berkelas dunia.

Demikian disampaikan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi ketika mendampingi Presiden RI Joko Widodo meresmikan Makassar New Port pada Kamis, 22 Februari 2024.

Menhub menjelaskan bahwa pembangunan Makassar New Port bertujuan untuk memperkuat peran Makassar sebagai pintu gerbang logistik di kawasan timur Indonesia serta mendukung konektivitas jalur perdagangan internasional.

"Makassar New Port adalah satu dari dua pelabuhan di Indonesia yang kokoh dan siap menerima kapal-kapal besar dari seluruh dunia. Apalagi kapasitasnya saat ini sudah mencapai 2,5 juta TEUs per tahun," jelasnya pada Kamis (22/2/2024).

Menhub berharap, agar keberadaan Makassar New Port dapat mengakselerasi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di wilayah Indonesia Timur. Lebih jauh lagi, semoga konektivitas maritim Indonesia bisa semakin tangguh, efisien, dan berdampak besar bagi kemajuan bangsa.

Sebagai informasi, Makassar New Port adalah pelabuhan besar di Indonesia bagian timur yang diharapkan bisa mengefisiensikan biaya logistik di Indonesia.

Sepuluh tahun yang lalu, biaya logistik di Indonesia berada di angka 24 persen, padahal negara-negara lain berada di angka 9 persen sampai 12 persen. Adapun penyebabnya adalah karena tidak terintegrasinya pelabuhan dengan kawasan industri.

Namun sekarang, biaya logistik di Indonesia sudah turun kurang lebih 14 persen. Meski memang diakui, tetap masih sedikit lebih tinggi dari negara-negara lain, dan hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah bersama.

Tidak hanya itu, persoalan dwelling time yang dulu bisa mencapai lima sampai tujuh hari dan sangat tidak efisien. Namun sekarang, hal tersebut sudah dapat teratasi, di mana saat ini rata-rata dwelling time sudah berada di bawah tiga hari.

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Dian Thenniarti
  • Sabtu, 7 September 2024 | 11:35 WIB
Indonesia Kembangkan Teknologi Lokal Hadapi Ancaman Tsunami di Masa Depan
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Sabtu, 7 September 2024 | 11:34 WIB
BMKG Perpanjang Modifikasi Cuaca di IKN hingga 12 September 2024
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:50 WIB
Garuda Dukung Rangkaian Penerbangan Kenegaraan Paus Fransiskus
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:50 WIB
ICAO Nyatakan Keamanan Penerbangan Indonesia di Atas Rata-Rata Dunia
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:45 WIB
Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi untuk Membangun Transportasi Indonesia
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:43 WIB
Kemenhub Ingatkan Pentingnya Penggunaan AIS di Perairan Indonesia
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:40 WIB
Pemeriksa Kecelakaan Kapal Harus Memahami Peraturan dan Bebas dari Intervensi