- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 14 November 2024 | 05:35 WIB
: Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional PPN/Bappenas 2016-2019 sekaligus Profesor Ekonom Universitas Indonesia, Bambang Brodjonegoro (tengah) hadir di sesi paralel tematik rangkaian High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024./ foto: Bapennas
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 4 September 2024 | 05:48 WIB - Redaktur: Untung S - 204
Jakarta, InfoPublik — Indonesia Afrika Forum (IAF) 2024 siap menghasilkan strategi hilirisasi dan menarik Foreign Direct Investment (FDI) guna membangun ekonomi berkualitas di kawasan Global South. Hal itu disampaikan dalam sesi paralel tematik High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024, yang menyoroti pentingnya kemitraan multipihak dalam meningkatkan nilai ekonomi di tingkat regional, khususnya bagi negara-negara berkembang.
Sesi paralel bertema “Innovate to Elevate: Multi-Stakeholder Partnerships for Promoting Higher Economic Value at the Regional Level” digelar pada Selasa (3/9/2024) di Nusa Dua, Bali, menghadirkan sejumlah tokoh, termasuk Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) 2016-2019 dan Profesor Ekonom Universitas Indonesia, Bambang Brodjonegoro.
Dalam kesempatan tersebut, Bambang menegaskan pentingnya proaktif dalam mengatasi kekurangan modal, teknologi, dan sumber daya manusia bagi negara-negara berkembang yang kaya sumber daya alam. "Tujuannya adalah untuk mengubah potensi sumber daya alam menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Bambang.
Investasi asing langsung (FDI) dinilai sebagai alat penting untuk memproses sumber daya alam, namun perlu dilakukan seleksi ketat agar tidak sekadar mengeksploitasi sumber daya tanpa menambah nilai ekonomi. Bambang mencontohkan bahwa Indonesia melalui program hilirisasi menuntut investor nikel untuk mengembangkan produk hilir seperti baja tahan karat atau baterai kendaraan listrik (EV).
Bambang juga menekankan pentingnya adopsi teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di Global South. Menurutnya, investasi di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), serta penelitian dan pengembangan (R&D) sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif dan inovatif. "Kita perlu berinvestasi dalam infrastruktur digital dan pendidikan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing," tambah Bambang.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Kamdani, turut menyampaikan bahwa kolaborasi antara berbagai pelaku ekonomi adalah kunci untuk menciptakan inovasi dengan nilai ekonomi tinggi. Menurutnya, ada tiga faktor utama yang mendorong inovasi berkelanjutan: investasi dalam R&D oleh sektor bisnis, kemampuan institusi pendidikan tinggi untuk menghasilkan penelitian berkualitas, dan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat serta standar regulasi.
Shinta menekankan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pendekatan kemitraan multipihak yang lebih terintegrasi harus diadopsi oleh negara-negara berkembang. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi menjadi kunci untuk menciptakan nilai tambah yang signifikan dan meningkatkan daya saing di pasar global.