- Oleh Eko Budiono
- Jumat, 4 Oktober 2024 | 05:58 WIB
: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan keterangan pers terkait pelaksanaan High Level Forum on Multi Stakeholder Partnerships (HLF MSP) and Indonesia Afrika Forum (IAF) II di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (2/9/2024). InfoPublik/Amiryandi
Oleh Eko Budiono, Kamis, 5 September 2024 | 16:40 WIB - Redaktur: Untung S - 885
Jakarta, InfoPublik – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan tiga poin penting dari Indonesia-Afrika Forum (IAF) ke-2 yang berlangsung di Bali pada 1-3 September 2024. Melalui pernyataan resminya, Retno menyoroti Bandung Spirit, kerja sama ekonomi, dan kerja sama pembangunan yang menjadi fokus utama dalam pertemuan itu.
Bandung Spirit: Pilar Kerja Sama Selatan-Selatan
Retno menggarisbawahi bahwa Bandung Spirit, yang lahir dari Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, masih menjadi pedoman bagi kerja sama antar negara-negara di selatan. “Bandung Spirit tidak hanya masih relevan, tapi bahkan menjadi lebih relevan, menjadi pelita yang menerangi kerja sama negara-negara selatan,” ungkapnya usai rapat kerja bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (5/9/2024).
Bandung Spirit terus menjadi landasan kuat dalam membangun solidaritas dan kolaborasi di antara negara-negara berkembang di berbagai sektor, seperti ekonomi, pembangunan, dan sosial.
Kerja Sama Ekonomi Saling Menguntungkan
Poin kedua yang disampaikan Retno adalah mengenai kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. Negara-negara Afrika berharap dapat menjalin kemitraan tanpa ambisi geopolitik, yang menjadi alternatif di tengah persaingan global.
“Afrika adalah benua yang penuh potensi dengan populasi muda dan sumber daya alam yang melimpah. Mereka berfokus pada peningkatan perdagangan, investasi, dan pengembangan sektor seperti infrastruktur, industri hilir, pertanian, energi, dan kesehatan,” tutur Menlu Retno.
Kerja Sama Pembangunan dan Pengembangan Kapasitas
Poin terakhir yang disampaikan Menlu adalah mengenai kerja sama pembangunan, khususnya dalam pengembangan kapasitas di bidang pertanian dan industri hilir. Retno menyebut bahwa kerja sama triangular menjadi salah satu opsi yang tepat untuk memberikan dampak yang lebih luas.
Pada penutupan IAF ke-2, tercatat kesepakatan kerja sama konkret senilai 3,5 miliar dollar AS, yang mencakup sektor energi, kesehatan, pangan, infrastruktur, dan industri strategis. Angka ini jauh melampaui capaian IAF ke-1 pada 2018, yang hanya mencapai 586 juta dollar AS.
Kesepakatan Bisnis dan MoU yang Ditandatangani
IAF Ke-2 juga mencatat sejumlah memorandum of understanding (MoU) yang ditandatangani. MoU tersebut mencakup kerja sama pengelolaan panas bumi, tenaga matahari, industri farmasi, serta transfer teknologi vaksin.
Selain itu, letter of intent (LoI) terkait pembelian dan perawatan pesawat juga disepakati dengan Republic Democratic Kongo dan Senegal, menunjukkan komitmen yang kuat dalam meningkatkan kerja sama strategis antara Indonesia dan negara-negara Afrika.
IAF ke-2 itu diselenggarakan bersama dengan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP) yang bertujuan mendorong kerja sama pembangunan dengan negara-negara Afrika. Sebelumnya, pada 31 Agustus hingga 2 September 2024, juga diselenggarakan Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) sebagai bagian dari rangkaian kegiatan yang memperkuat hubungan antara Indonesia dan Afrika.