Hilirisasi Industri Jadi Langkah Strategis Indonesia Menuju Transformasi Ekonomi Digital

: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut Binsar Pandjaitan, menekankan pentingnya kebijakan ini dalam Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLP MSP) yang berlangsung di Bali. Foto. Humas Kemenko Marves RI.


Oleh Fatkhurrohim, Kamis, 5 September 2024 | 06:47 WIB - Redaktur: Untung S - 859


Bali, InfoPublik – Pemerintah Indonesia terus memperkuat transformasi ekonomi melalui kebijakan hilirisasi yang menjadi langkah strategis dalam mendukung pesatnya digitalisasi ekonomi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut Binsar Pandjaitan, menekankan pentingnya kebijakan ini dalam Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLP MSP) yang diadakan di Bali pada 1-3 September 2024.

Luhut mengungkapkan bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, telah lama mengandalkan ekspor bahan baku. Ketergantungan itu menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan, khususnya saat harga komoditas global mengalami penurunan drastis.

"Pemerintah kini berkomitmen membangun basis industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi melalui hilirisasi," tegas Luhut dalam keterangannya, Rabu (4/9/2024).

Pemerintah sedang berupaya mengalokasikan sumber energi rendah emisi bagi industri yang berperan dalam meningkatkan nilai tambah. "Kami juga membentuk talent pool berkualitas dengan menyeleksi lulusan teknik dan sains, yang akan ditempatkan di perusahaan teknologi kelas dunia," lanjutnya.

Luhut menyoroti dampak positif kebijakan hilirisasi terhadap ekspor produk hilir, terutama pada komoditas nikel seperti besi, baja, dan material baterai lithium. "Indonesia tengah mengembangkan ekosistem industri baterai lithium dalam negeri untuk menciptakan rantai nilai yang kompetitif di industri kendaraan listrik (EV)," tambahnya.

Lebih lanjut, Luhut menjelaskan kerja sama strategis yang sedang dijalin dengan perusahaan-perusahaan dari Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kolaborasi ini bertujuan memastikan pasokan nikel olahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan industri hilir seperti baja tahan karat dan komponen baterai EV.

Menutup pidatonya, Luhut menegaskan bahwa kebijakan hilirisasi akan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), demi keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Eko Budiono
  • Jumat, 1 November 2024 | 18:50 WIB
PLN Bangun 53 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum di Sumatra Utara
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Jumat, 1 November 2024 | 13:48 WIB
Pertamina Perluas Desa Energi Berdikari untuk Dukung Net Zero Emission 2060
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 1 November 2024 | 13:44 WIB
Bakamla RI dan 1st Marine Logistics Group AS Perkuat Sinergi untuk Keamanan Maritim