Pakar Psikologi Unair: Mengurai Tekanan Psikologis di Awal Tahun

: Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Atika Dian Ariana MSc MPsi, - Foto: Mc.Jatim


Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Selasa, 7 Januari 2025 | 03:49 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 92


Surabaya, InfoPublik – Tahun baru seringkali identik dengan harapan dan resolusi, akan tetapi  bagi sebagian orang, momen ini justru membawa tekanan psikologis yang memicu munculnya isu mental baru.

Tren "New Year, New Mental Issues" mulai menjadi perhatian, terutama di kalangan generasi muda yang kerap merasakan beban emosional di awal tahun.

Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana MSc MPsi, fenomena ini terjadi, karena pola refleksi yang salah. "Harapannya, awal tahun menjadi babak baru yang positif. Sayangnya, tekanan di akhir tahun, seperti kegagalan mencapai target, seringkali memicu rasa pesimisme yang sulit dihindari,"katanya, di Surabaya, Senin(6/1/2024).

Momen pergantian tahun dianggap sebagai waktu yang tepat untuk mengevaluasi pencapaian. Namun, evaluasi yang dilakukan dengan sudut pandang pesimis dapat menimbulkan stres.

"Ketika seseorang melihat kegagalannya di tahun sebelumnya sebagai sesuatu yang menetap, mereka cenderung mengulang pola pikir negatif. Hal ini membuat mereka merasa tidak pantas berhasil di masa depan," jelas Atika.

Tekanan ini diperburuk oleh pengaruh media sosial, yang sering menampilkan pencapaian orang lain secara berlebihan. "Proses Perbandingan sosial di media sosial dapat meningkatkan kecemasan. Jika kita tidak mampu memfilter informasi, lebih baik mengambil jeda dari media sosial dan membangun interaksi nyata dengan orang-orang di sekitar," tambahnya.

Tekanan mental yang muncul sering ditandai dengan suasana hati yang murung, kehilangan semangat atau hilangnya minat pada aktivitas yang biasa dinikmati. Pola makan dan tidur juga bisa berubah drastis, baik terlalu sedikit maupun berlebihan. "Gejala ini tidak hanya terjadi di awal tahun, tetapi bisa menjadi lebih kentara karena momen refleksi yang tidak sehat," ujarnya.

Secara fisik, individu mungkin merasa mudah sakit, mengalami gangguan pencernaan, hingga sakit kepala. "Tekanan ini bisa terjadi kapan saja, tetapi momen refleksi akhir tahun sering membuatnya lebih kentara," imbuhnya.

Praktek mindfulness dan kegiatan spiritual dianggap efektif membantu tekanan mental. "Mindfulness membantu kita tetap fokus pada saat ini dan mengurangi kekhawatiran terhadap masa depan. Kegiatan spiritual juga bisa memperkuat rasa syukur," jelasnya.

Selain itu, dukungan keluarga dan lingkungan sosial sangat penting. "Keluarga yang suportif dapat menjadi detektor pertama perubahan perilaku individu. Namun, jika keluarga kurang mendukung, lingkungan sosial dapat menggantikan peran tersebut,"tambahnya

Atika juga menekankan pentingnya memandang refleksi sebagai kesempatan untuk bersyukur, bukan untuk menghukum diri sendiri. "Refleksi yang sehat membantu kita merencanakan langkah ke depan tanpa mengabaikan proses yang telah kita jalani," tutupnya.(MC Jatim/ida-mad/eyv)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Rabu, 8 Januari 2025 | 08:47 WIB
Bank UMKM Jatim Bantu Koperasi Kareb Kembangkan Bisnis dan Kesejahteraan Karyawan
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Rabu, 8 Januari 2025 | 08:43 WIB
Pemkot Surabaya Kuatkan Jejaring antar OPD Cegah Wabah Virus HMPV
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Rabu, 8 Januari 2025 | 08:42 WIB
Desember 2024, Inflasi di Jatim Sebesar 1,51 Persen
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Rabu, 8 Januari 2025 | 08:39 WIB
Gandeng Masyarakat, Alumnus Unair Ciptakan Solusi Pelestarian Lingkungan
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Rabu, 8 Januari 2025 | 08:37 WIB
Google Indonesia Sampaikan Strategi Google Cloud dalam Membantu Diskominfo Jatim
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Rabu, 8 Januari 2025 | 08:36 WIB
Diskominfo Jatim Jajaki Kerja Sama dengan Google Indonesia
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Rabu, 8 Januari 2025 | 08:35 WIB
Penggurus IMM Ponorogo Periode 2024 - 2025 Dilantik