Surveilans Tuberkulosis serta Pembentukan KOPI TB Kota Solok

:


Oleh MC KOTA SOLOK, Jumat, 6 September 2019 | 15:25 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Solok, Info Publik - Dinas Kesehatan Kota Solok mengadakan kegiatan Surveilans TB dan Pembentukan  Koalisi Organisasi Profesi Indonesia Tuberkulosis (KOPI TB), di Aula Mami Resto Kota Solok, Kamis (5/9/2019).

Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Solok Ambun Kadri, seluruh dokter spesialis yang ada di Kota Solok dengan narasumber kegiatan dari Perwakilan KOPI TB Sumatera Barat Dr. Rizki Amelia Hardi, Sp.P.

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penguatan Surveilans Tuberkulosis dengan membentuk Koalisi Organisasi Profesi Indonesia (KOPI TB) di Kota Solok, sehingga akan terbentuk kesepakatan rencana kegiatan sesuai tugas dan fungsi KOPI TB tersebut.

Dalam pembukaan, Dr.Hj.Ambun Kadri, MKM, menyampaikan bahwa tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah dilakukan di banyak negara sejak tahun 1995.

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut laporan WHO diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru  per tahun (399 per 100.000 Penduduk).

"Pada Tahun 2018 Kasus TB di Kota Solok dilaporkan sebanyak 168 Kasus TB dengan BTA Positif 77 orang, TB BTA Neg 29 Orang, Kasus TB anak sebanyak 38 orang, TB Ekstra Paru 17 orang dan kasus Kambuh sebanyak 7 orang, " tuturnya

Lebih lanjut, Dr.Hj.Ambun Kadri mengatakan penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB, antara lain belum memadainya tata laksana TB terutama di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang belum menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional.

Seperti penemuan kasus / diagnosis yang tidak baku, panduan obat yang tidak baku, tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan yang baku.

Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan.

Besarnya masalah kesehatan lain juga bisa berpengaruh terhadap resiko terjadinya TB secara signifikan seperti HIV, Gizi Buruk, Diabetes Mellitus, merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, tuturnya mengakhiri sambutan.

Dalam materinya, Dr. Rizki Amelia Hardi, Sp.P mengatakan sehubungan dengan target eliminasi TB di Indonesia dipercepat yang sebelumnya ditargetkan tahun 2035 tercapai menjadi 2030.

Maka perlu upaya-upaya strategis untuk dapat mencapai target tersebut, salah satunya dengan meningkatkan penemuan kasus dengan melibatkan District Public Private Mix (DPPM)  dengan koalisi organisasi profesi yang bertujuan menguatkan jejaring layanan pemerintah / swasta.

Koalisi organisasi profesi tersebut adalah gabungan dari beberapa organisasi profesi yang mempunyai komitmen dan saling bekerja sama untuk terlibat dalam upaya penanggulangan TB di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten kota melalui jejaring PPM TB.

Visi dan misi KOPI TB adalah eliminasi Tuberkulosis di Indonesia Tahun 2030 dengan meningkatkan keterlibatan praktisi dan anggota profesi dalam meningkatkan keberhasilan penanggulangan TB.

Dr. Rizki Amelia Hardi, Sp.P mengharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melakukan koordinasi dan memfasilitasi pembentukan jejaring dan memastikan setiap komponen jejaring tersebut berjalan aktif.

Keberhasilan Program TB bukan saja tanggung jawab petugas Puskesmas ataupun Rumah Sakit, namun juga melibatkan lintas sektor dalam mencapai eliminasi TB di Indonesia. Pemerintah Pusat sudah menyusun Koalisi Organisasi Profesi Indonesia (KOPI) Penanggulangan TB.

"Menindaklanjuti hal tersebut, maka Kota Solok perlu membentuk TIM KOPI Tingkat Kabupaten / Kota yang tergabung dalam beberapa Koalisi Organisasi Profesi Kesehatan," tuturnya. (MC Kota Solok/toeb)