- Oleh Wahyu Sudoyo
- Senin, 10 Maret 2025 | 13:09 WIB
: Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudhanto (Biro Perencanaan, Hukum dan Humas BNPT)
Oleh Wahyu Sudoyo, Jumat, 11 April 2025 | 19:51 WIB - Redaktur: Untung S - 150
Jakarta, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggandeng Institute for Economics and Peace (IEP) dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia untuk membahas kemajuan dan tantangan penanggulangan terorisme di Indonesia melalui Diskusi Panel Global Terrorism Index 2025: Findings and Lessons Learned in Indonesia.
Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudhanto, mengatakan, diskusi berdasarkan laporan Global Terrorism Index (GTI) 2025 ini dapat menjadi referensi berharga dalam pengambilan keputusan untuk mengembangkan kebijakan dan memperkuat strategi penanggulangan terorisme BNPT.
“Kami berharap melalui forum ini dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapan kita bersama meningkatkan koordinasi antar lembaga serta kerja sama lintas sektor serta memperkuat pendekatan whole of society dan whole of government dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme,” kata Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT, mewakili Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono, dalam acara Diskusi ini di Jakarta, seperti dilnsir pada Jumat (11/4/2025).
Menurut Andhika, pemerintah Indonesia sangat membutuhkan kebijakan penanggulangan terorisme yang tepat karena saat ini isu terorisme masih menjadi ancaman global yang perlu diwaspadai bersama.
“Meskipun upaya penanggulangan terorisme terus menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun terorisme masih tetap menjadi ancaman global dan kita masih harus perlu mengatasinya," jelasnya
Senada, Direktur Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, berharap diskusi mengenai laporan GTI 2025 dapat memantik ide dan perumusan kebijakan yang tepat untuk menghadapi tantangan terorisme global saat ini.
"Kita berharap melalui forum diskusi ini akan muncul kebijakan yang relevan dan respons yang tepat terhadap tren terorisme global," kata Yose.
Sementara itu, IEP Founder and CEO Mr. Steve Killelea mengungkapkan sejumlah temuan kunci pada GTI 2025, salah satunya menyebut kawasan Sahel di Afrika saat ini menjadi wilayah yang paling terdampak oleh aksi terorisme dan negara yang paling terdampak adalah Burkina Faso.
"Sahel masih menjadi episentrum terorisme, menyumbang lebih dari setengah dari seluruh kematian akibat terorisme di dunia," pungkas Steve.
Sekedar informasi, GTI 2025 yang diluncurkan oleh IEP pada bulan Maret lalu, mencatat bahwa Indonesia tidak mengalami serangan terorisme selama dua tahun berturut-turut, berada pada peringkat ke-30 berada pada kategori “medium impact of terrorism”, dan secara keseluruhan upaya penanggulangan terorisme di Indonesia menunjukan kemajuan positif.
Hal ini menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam aktivitas kelompok ekstremis dan teroris di Indonesia.