- Oleh MC PROV GORONTALO
- Kamis, 14 November 2024 | 21:58 WIB
: Badan Riset dan Inovasi Nasioanal/ foto: BRIN
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Selasa, 10 September 2024 | 18:18 WIB - Redaktur: Untung S - 331
Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mendorong inovasi baru untuk menangani sampah plastik di lautan, yang telah menjadi masalah global yang semakin mengkhawatirkan. Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova, menyampaikan bahwa lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut setiap tahunnya. Hal ini mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.
"Lebih dari 70 persen sampah plastik di perairan berasal dari aktivitas manusia di daratan, termasuk yang melalui sungai dan pantai yang tidak dikelola dengan baik," ujar Reza dalam siaran pers BRIN yang diterima pada Selasa (10/9/2024).
Berdasarkan data BRIN, jenis sampah plastik yang paling banyak ditemukan di perairan Indonesia adalah plastik sekali pakai seperti sachet, kantong plastik, botol minuman, dan sedotan. Sampah itu memerlukan ratusan tahun untuk terurai, mencemari laut, dan merusak habitat biota laut.
Reza juga menyoroti bahaya mikroplastik, yakni partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter. Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah terdeteksi pada semua sampel air dan sedimen, serta ditemukan pada berbagai spesies ikan dan kerang yang dikonsumsi oleh masyarakat.
"Mikroplastik sangat berbahaya karena bisa dikonsumsi oleh plankton dan ikan yang merupakan bagian dari rantai makanan laut, dan pada akhirnya dapat masuk ke tubuh manusia," tambahnya.
BRIN terus melakukan penelitian untuk menemukan solusi penanganan sampah plastik di laut, termasuk teknologi inovatif untuk mendeteksi, mengumpulkan, dan mendaur ulang sampah plastik. Salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh, sensor bawah air, dan kecerdasan buatan (AI) untuk memetakan sebaran sampah plastik secara lebih akurat.
Selain itu, BRIN bekerja sama dengan komunitas nelayan dan pemerintah daerah dalam program pembersihan pantai dan edukasi masyarakat.
"Pendekatan berbasis komunitas menjadi kunci utama dalam menekan jumlah sampah plastik yang masuk ke laut. Perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah adalah langkah penting untuk jangka panjang," jelas Reza.
BRIN juga mendukung regulasi terkait pengelolaan sampah plastik di Indonesia. "Kebijakan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai dan penguatan infrastruktur pengelolaan sampah di perkotaan harus segera diimplementasikan untuk mencegah pencemaran laut," tegas Reza.
BRIN mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama menangani masalah ini melalui aksi nyata dalam pengelolaan sampah.
"Masa depan laut kita sangat bergantung pada upaya kita menjaga kebersihannya. Laut yang bersih bukan hanya untuk biota laut, tetapi juga untuk keberlanjutan hidup kita sendiri," pungkas Reza.
Dengan inovasi dan penelitian yang dilakukan BRIN, diharapkan masalah sampah plastik di laut dapat diminimalkan dan lingkungan laut Indonesia tetap lestari untuk generasi mendatang.