Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Hadiri Hari Kebaya Nasional: Momentum Pelestarian Budaya

: Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Iriana Joko Widodo menghadiri peringatan Hari Kebaya Nasional yang digelar di Istora Senayan Jakarta, pada Rabu, 24 Juli 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 24 Juli 2024 | 16:40 WIB - Redaktur: Untung S - 345


Jakarta, InfoPublik – Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Iriana Jokowi menghadiri peringatan Hari Kebaya Nasional yang digelar di Istora Senayan Jakarta, pada Rabu (24/7/2024). Acara yang berlangsung meriah ini menjadi momen penting dalam upaya melestarikan budaya berkebaya di Indonesia.

Ketua Panitia Puncak Acara Peringatan Hari Kebaya Nasional, Tantri Diah Kirana Dewi, mengatakan bahwa peringatan Hari Kebaya Nasional ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 19 Tahun 2023.

Acara tersebut juga mengacu pada sejarah Kongres Wanita Indonesia (Kowani) ke-10 pada tahun 1964 yang dihadiri oleh Presiden Soekarno bersama 7.000 perempuan berkebaya.

Dengan mengangkat tema “Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya,” acara ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak perempuan untuk mengenakan kebaya. Tantri juga menekankan bahwa telah ditetapkan hari khusus berkebaya, yaitu “Selasa Berkebaya,” yang diharapkan dapat diterapkan oleh perempuan di seluruh Indonesia.

“Kami telah menetapkan di Kowani Selasa Berkebaya, selain Rabu Batik tentunya Selasa Berkebaya itu sudah digariskan untuk ditetapkan sebagai hari berkebaya di Kowani. Insyaallah hari Selasa ini juga akan kami siarkan ke seluruh negeri untuk bisa setiap Selasa ibu-ibu berkebaya semua,” jelas Tantri sebagaimana dikutip InfoPublik dari BPMI Setpres pada Rabu (24/7/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Tantri juga menjelaskan tentang berbagai jenis kebaya yang akan diajukan dalam nominasi UNESCO bersama empat negara ASEAN lainnya. Mulai dari kebaya labuh dari Sumatera, kebaya kutu baru dari Jawa, kebaya noni dari Sulawesi Utara, kebaya nona dari wilayah Timur Maluku dan Papua, hingga kebaya kerancang.

“Yang mendominasi sekarang adalah kebaya kerancang itu bagian dari peradaban Cina yang masuk ke Indonesia,” jelas Tantri.

Sementara itu, Nunun Daradjatun dari Perhimpunan Kebayaku juga turut berbicara tentang pentingnya kebaya dalam budaya Indonesia. Menurutnya, kebaya memiliki makna yang sangat tinggi karena merupakan bagian dari tradisi keluarganya.

“Bagi saya maknanya tinggi sekali, karena kebetulan keluarga kami, ibu saya juga mengajarkan saya untuk selalu dalam acara-acara tertentu, khususnya acara-acara kenegaraan, apakah dalam mendampingi suami, apakah itu dalam acara-acara adat, dst. Kami memang diminta dan diharuskan, diwajibkan kalau di keluarga untuk memakai kebaya,” sebut Nunun.

Nunun juga berharap agar Hari Kebaya Nasional tidak hanya menjadi euforia sesaat, tetapi menjadi kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya yang diwariskan oleh leluhur.

“Harapannya kami mohon agar ini bukan hanya euforia sesaat, tapi kami menginginkan kebaya menjadi sebuah kenyataan kebanggan kecintaan kita terhadap budaya yang diwariskan oleh pewaris-pewaris kita terdahulu,” harap Nunun.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 22 November 2024 | 09:36 WIB
Krecek Rebung Lumajang Diakui Sebagai Warisan Budaya Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 20 November 2024 | 06:57 WIB
Pemprov Jakarta Terima Sertifikat Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2024
  • Oleh MC KOTA PADANG
  • Jumat, 15 November 2024 | 10:19 WIB
KPU Padang Angkat Tema Transformasi Sosial pada Debat Publik Pilkada Kedua
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 15 November 2024 | 19:14 WIB
Warisan Budaya Lumajang, Daya Tarik Wisata dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 15 November 2024 | 19:19 WIB
Pentingnya Pelestarian Budaya Daerah di Era Modern