AI Mulai Wujudkan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Indonesia

: Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin dan Co-Founder dan CEO Harrison AI/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Rabu, 10 Juli 2024 | 17:24 WIB - Redaktur: Untung S - 297


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI akan mencoba pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di tiga rumah sakit (RS) ternama di Indonesia. Pemanfaatan teknologi AI ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia secara efisien.

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya mengatakan ketiga RS tersebut yaitu RS Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, RS Kanker Dharmais, dan RS Dr. M. Djamil Padang.

Pada pemanfaatan teknologi AI ini, Kemenkes RI melakukan penandatangan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan Harrison AI, perusahaan teknologi kesehatan asal Australia pada Selasa (9/7/2024).

“Dalam pemanfaatan AI ini, kita melakukan tiga hal. Pertama CT Scan otak, kita akan memanfaatkan AI ini untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saraf terutama stroke di RSPON," kata Azhar melalui keterangan resminya Rabu (10/7/2024).

Kedua, untuk RS Kanker Dharmais, Kemenkes akan kerja sama terkait pemanfaatan AI dengan radiologi untuk kanker dan patologi anatominya. Ketiga, yakni RS Dr. M. Djamil Padang akan memanfaatkan AI dalam skrining penyakit tuberkulosis melalui radiologi.

Azhar menuturkan perkembangan teknologi AI dengan cepat mendominasi sistem layanan kesehatan. Sistem yang sebelumnya dilakukan secara manual kini dapat diotomatisasi.

Hal itu dibuktikan dengan pemanfaatan AI di beberapa negara yang hasilnya cukup akurat, efisien, dan cepat. Itulah visi yang ingin diwujudkan melalui kerja sama antara Kemenkes dan Horrison AI.

Saat ini, Kemenkes telah memiliki Clinical Research Centre (CRC) yang membawahi Clinical Research Unit/CRU (Unit Penelitian Klinis), yang didirikan di RS vertikal Kemenkes untuk meningkatkan pelaksanaan penelitian klinis.

Unit-unit ini dirancang untuk menstandarkan pelaksanaan penelitian, memastikan kepatuhan terhadap peraturan, dan memfasilitasi kolaborasi antara rumah sakit dengan stakeholder penelitian.

“Jadi, kalau misalnya ada mitra kami dari luar negeri ingin menguji klinis, cukup menghubungi CRC kalau bersifat nasional, tetapi juga bisa langsung menghubungi rumah sakit terkait,” kata Azhar.

Ia menyatakan pihaknya akan memperbanyak uji klinis untuk pemanfaatan AI, khususnya terkait penandatangan MoU dengan Harrison AI. Uji klinis dilakukan agar pemanfaatan AI dapat dilaksanakan dengan baik.

Sehingga, kata Azhar masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan hasil pemeriksaan CT scan, radiologi, atau patologi anatomi. Apabila hasil uji klinis menunjukkan akurasi yang tinggi, kerja sama dengan Harrison AI akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

"Pada pemanfaatan AI, keahlian dokter tetap menjadi faktor utama. Tentu saja ini tetap memerlukan expertise dari seorang dokter. Tidak bisa kita hanya menyandarkan pada teknologi,” kata Azhar.

Co-Founder dan CEO Harrison AI Dimitry Tran mengatakan ia sangat merasa terhormat dapat memulai kolaborasi dengan Kemenkes RI untuk mengevaluasi penggunaan AI dalam radiologi dan patologi, khususnya di bidang rontgen dada, CT Scan, otak, dan patologi anatomi.

“Ini adalah tantangan global. Di Indonesia, hanya ada sekitar enam ahli radiologi untuk 1 juta penduduk. Di Australia, kami memiliki 91 ahli radiologi, untuk 1 juta orang. Jadi, para dokter di Indonesia bekerja sangat keras untuk populasi yang sangat besar,” kata Dimitry.

Menurutnya, peran AI sebagai asisten dan alat bantu bagi para ahli radiologi akan meningkatkan efisiensi kerja mereka. Hal ini telah terbukti efektif pada jutaan pasien di Australia, Inggris, Singapura, dan Hong Kong.

"Kami merasa terhormat diundang untuk berpartisipasi dalam evaluasi ini dan menunjukkan bagaimana AI dapat diintegrasikan dengan sistem yang ada untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia,” jelas Dimitri.

Ia berharap kolaborasi ini dapat berlangsung jangka panjang serta pemanfaatan AI di bidang kesehatan membuahkan hasil yang efisien dan aman.

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dr. Azhar Jaya mewakili Kemenkes RI dan Co-Founder dan CEO Harrison AI Dimitri Tran, dengan disaksikan langsung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Kamis, 17 Oktober 2024 | 08:05 WIB
RIPK: Strategi Terpadu Menuju Kebudayaan Nasional 2045