- Oleh Putri
- Senin, 25 November 2024 | 09:16 WIB
: Kepala Badan POM Taruna Ikram saat Launching Sinergi Program Desa Pangan Aman dengan Program PMT Berbahan Pangan Lokal di Kabupaten Bantul, Yogyakarta bersama Menkes Budi Gunadi Sadikin/Foto: Tangkapan Layar Youtube Badan POM
Jakarta, InfoPublik - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Kementerian Kesehatan mengembangkan program desa pangan aman dengan pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan lokal untuk mengatasi tiga masalah gizi di Indonesia.
Yaitu kekurangan gizi (under weight), kelebihan gizi (over weight), dan mikronutrien (kekurangan gizi spesifik). Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Taruna Ikram mengatakan ketiga hal tersebut dilihat dari angka stunting sebesar 21,7 persen dan angka kematian akibat penyakit non-infeksius sebesar 73 persen.
"Kekurangan mikronutrien bisa diantisipasi melalui edukasi, pembinaan, dan program-program yang tertata berbasis PMT berbahan lokal," kata Taruna saat Launching Sinergi Program Desa Pangan Aman dengan Program PMT Berbahan Pangan Lokal di Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada Senin (14/10/2024)
Lanjutnya, program desa pangan aman dan pemberian PMT memberikan mafaat besar. Badan POM sudah membina ratusan desa di seluruh Indonesia dan ini salah satu desa sebagai percontohan untuk mempersiapkan diri masuk ke Indonesia emas 2045.
Taruna berharap Program Desa Pangan Aman ini bisa menjadi program nasional, terkoneksi bukan saja dengan Kementerian Kesehatan dengan PMT berbahan lokal tapi juga terkoneksi dengan program makan siang gratis dari Badan gizi Nasional.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan penyakit gizi itu adalah penyakit yang menyerang banyak balita dan ibu-ibu hamil. Penyakit gizi ada tahap-tahapannya karena gizi kronis kalau tidak ditangani bisa jadi stunting.
"Salah satu masalah atau penyakit paling besar di Indonesia bukan hanya stroke jantung atau kanker tapi gizi, bisa kebanyakan bisa kekurangan. Biasanya kebanyakan gizi dari orang orang tua bisa dilihat-lihat dari perutnya. kalau kekurangan biasanya dialami balita dan ibu-ibu," kata Budi.
Kekurangan atau kebanyakan ini bukan hanya dari jumlahnya tapi juga dari ragamnya. Saat menyajikan makanan, harus pas ragamnya dan harus pas buat anak-anak buat ibu hamil, berbeda dengan jumlah dan ragamnya untuk orang tua karena ada takarannya.
Itu sebabnya, kata Budi harus dibuat rumah produksi pangan yang mengerti membuat makanan gizi yang jumlah dan ragamnya pas untuk kelompok umur tertentu. Ia pun mengapresiasi BPOM dengan program pangan desa pangan aman.
"BPOM telah memberikan prosedur terkait kebersihan pangan serta jumlah dan ragam pangan yang diproduksi masyarakat sekitar. Agar balita dan ibu hamil tidak mengalami penyakit kurang gizi serta juga orang tua yang tidak kelebihan gizi," kata Budi.