[SIARAN PERS] Pemerintah Perkuat Sinergi dengan Kampus Optimalkan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan

: Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi untuk membumikan pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Hal tersebut diungkapkan Menkodigi dalam diskusi bertajuk Komdigi Menjangkau: Campus, We’re Coming!, yang berlangsung di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (11/12/2024).


Oleh Taofiq Rauf, Rabu, 11 Desember 2024 | 22:35 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 91


SIARAN PERS

Rabu, 11 Desember 2024

tentang

 Pemerintah Perkuat Sinergi dengan Kampus Optimalkan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi untuk membumikan pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Hal tersebut diungkapkan Menkodigi dalam diskusi bertajuk Komdigi Menjangkau: Campus, We’re Coming!, yang berlangsung di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (11/12/2024).

Meutya menyatakan bahwa pendekatan bertahap akan menjadi strategi pemerintah dalam menghadapi perkembangan teknologi AI.

“Biasanya, sesuatu untuk kemajuan perlu kita perbincangkan terlebih dahulu dengan para pihak. Setelah ada kesepahaman, barulah kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya,” ujarnya.

Menurutnya, masyarakat harus memahami dan merasa nyaman terlebih dahulu dengan teknologi baru sebelum sepenuhnya mengadopsinya.

Pemerintah dikatakannya memandang AI bukan sebagai ancaman, melainkan sebuah peluang besar sekaligus tantangan. Data menunjukkan bahwa AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada 2025, tetapi di saat yang sama akan menciptakan 90 juta pekerjaan baru di bidang seperti pengembangan AI, data sains, dan kolaborasi manusia dengan AI.

“Artinya, ada yang hilang, tetapi lebih banyak yang datang. Ini adalah peluang yang harus kita manfaatkan, terutama oleh generasi muda,” tambah Meutya.

Etika dan Tanggung Jawab dalam Pemanfaatan AI

Pada kesempatan tersebut, Meutya pun menekankan pentingnya etika dan tanggung jawab dalam pengembangan AI. Maka Indonesia menjadi negara pertama yang mendorong AI etik, sejalan dengan panduan UNESCO.

“Etika dan kreativitas harus berjalan seiring. Teknologi memiliki batasan, dan etika adalah pengendali utama agar manfaatnya tetap optimal,” jelasnya.

Pemerintah telah mengeluarkan panduan etik dalam bentuk surat edaran. Mulai 2025, serial diskusi dengan para pemangku kepentingan akan digelar untuk meningkatkan regulasi agar lebih kuat dan inklusif.

“Kami tidak akan menghambat inovasi teknologi, tetapi mendorong penggunaannya untuk berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi,” tegas Meutya.

Maka itu Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital hingga 2030 untuk menguasai teknologi digital, termasuk AI.

Tantangan ini diakui Meutya sebagai pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Namun, ia optimistis karena adanya dukungan akademisi, termasuk UGM. Pada 2024, Kementerian Komdigi pun telah mencetak satu juta talenta digital baru dan menjangkau 5,6 juta peserta literasi digital.

Saat yang sama Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menambahkan bahwa penguasaan teknologi memerlukan peningkatan kapasitas manusia. “AI hanya bisa bekerja dengan data. Tetap manusia yang mengendalikan, sehingga kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama,” ujar Nezar seraya menambahkan bahwa perkembangan pesat AI yang kini mendekati kecerdasan buatan umum (artificial general intelligence).

UGM sebagai Pusat Inovasi dan Pengembangan AI

Sementara Wakil Rektor UGM Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi, Arief Setiawan Budi Nugroho, menyatakan kebanggaannya karena UGM menjadi tuan rumah acara ini. “Ini adalah kehormatan bagi UGM. Kehadiran Menteri memungkinkan kami mendengar langsung strategi pemerintah menghadapi tantangan teknologi di masa depan,” ungkapnya.

Arief pun menambahkan bahwa UGM memiliki komitmen kuat untuk menjadi aktor penting dalam memanfaatkan AI bagi kepentingan bangsa. Kampus ini terus mendorong penelitian dan pengembangannya, termasuk integrasinya dalam sektor kesehatan, pendidikan dan sektor lainnya.

Salah satu inovasi UGM misalnya pemantauan kerusakan jalan tol menggunakan AI, yang mempercepat proses tanpa mengurangi keakuratan. Selain itu, teknologi tersebut juga dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit seperti tumor, malaria, dan penyakit mata, yang meningkatkan akses layanan kesehatan di wilayah terpencil.

UGM juga telah membuka program magister kecerdasan buatan dengan konsentrasi “Applied AI in Business”, yang melatih mahasiswa untuk memanfaatkan AI dalam dunia bisnis. Kerja sama dengan Microsoft telah dilakukan untuk mendukung literasi digital sivitas akademika.

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Indonesia memiliki potensi besar dalam ekonomi digital. Kontribusi sektor ini diproyeksikan meningkat dari USD 90 miliar pada 2024 menjadi USD 135 miliar pada 2027. Data juga menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga pengguna AI terbanyak di dunia, dengan 1,4 miliar kunjungan ke platform berbasis AI. “Ini menunjukkan antusiasme dan potensi besar yang harus dimanfaatkan,” kata Meutya.

Namun, tantangan masih ada. Pemerataan infrastruktur telekomunikasi menjadi salah satu fokus pemerintah. “Masih banyak daerah yang belum terjangkau, dan ini menjadi prioritas kami agar generasi muda di pelosok juga bisa mengakses teknologi AI,” imbuhnya.

Diskusi ini juga menyoroti perlunya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, dan industri untuk menciptakan solusi inklusif dan berkelanjutan. “AI menghadirkan peluang besar, tetapi juga tanggung jawab besar. Kerja sama lintas sektor sangat penting untuk memastikan teknologi ini dimanfaatkan dengan bijak,” ujar Meutya.

Menteri pun menutup acara dengan harapan bahwa generasi muda tidak hanya menjadi pengguna AI, tetapi juga inovator yang menciptakan solusi bermakna. “Momentum ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Mari bersama-sama menciptakan masa depan digital Indonesia yang inklusif dan berdaya saing global,” pungkasnya. (TR)

***