Selesaikan Pedoman Tata Perilaku LCS, Indonesia Siap Kerja Sama

: Ilustrasi peta di Laut Cina Selatan. Foto : UNCLOS atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional


Oleh Eko Budiono, Rabu, 10 Januari 2024 | 17:33 WIB - Redaktur: Untung S - 192


Jakarta, InfoPublik - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, Indonesia siap bekerja sama dengan seluruh negara anggota ASEAN, termasuk Filipina, untuk menyelesaikan Pedoman Tata Perilaku (CoC) Laut China Selatan (LCS)  secepatnya.

Pernyataan itu disampaikan Retno, usai pertemuan bilateral dengan Menlu Filipina Enrique A Manalo di Filipina, Selasa (9/1/2024).

“Kami menyambut baik Pernyataan Menjaga dan Mempromosikan Stabilitas Maritim di Asia Tenggara yang dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri ASEAN pada 30 Desember tahun lalu,” kata Retno berdasarkan transkrip pernyataan persnya pada Rabu (10/1/2024).

Pernyataan para menlu ASEAN tersebut, ujar Retno, merupakan langkah penting untuk memastikan LCS tetap menjadi lautan yang damai, stabil, dan sejahtera.

Sebelumnya, Filipina dan China sudah sering terlibat perselisihan di wilayah perairan LCS dalam beberapa bulan terakhir, terutama di dekat Beting Second Thomas yang disengketakan dan merupakan bagian dari Kepulauan Spratly.

Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh wilayah di Laut China Selatan, termasuk sebagian zona ekonomi eksklusif (ZEE) Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan klaim China itu tidak memiliki dasar hukum.

Pada November 2023, Filipina mengajukan pedoman tata perilaku baru bagi kestabilan dan perdamaian di wilayah sengketa Laut China Selatan.

Usulan Manila muncul setelah Presiden Ferdinand Marcos merasa prihatin mengenai negosiasi yang berkepanjangan antara negara-negara Asia Tenggara dan China tentang CoC di Laut China Selatan.

"Kami saat ini tengah melakukan negosiasi pedoman tata perilaku kami sendiri, misalnya dengan Vietnam karena kami masih menunggu CoC antara China dengan ASEAN dan perkembangannya sayangnya sedikit lambat," ujar Marcos.

"Jadi kami mengambil inisiatif untuk mendekati negara-negara di sekitar ASEAN, dengan siapa kita mempunyai konflik teritorial,” tambahnya.

Marcos juga mencari dukungan dari negara-negara, seperti Vietnam dan Malaysia, untuk membentuk kode etik kelautan yang akan menjaga perdamaian di Laut China Selatan.

Deklarasi Perilaku Para Pihak (DoC) Laut China Selatan adalah perjanjian mengenai perilaku di Laut China Selatan yang ditandatangani oleh ASEAN dan China pada November 2002, menandai pertama kalinya China menerima perjanjian multilateral mengenai isu ini.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Eko Budiono
  • Minggu, 1 September 2024 | 11:56 WIB
Menlu RI Ingatkan Penghentian Genosida Gaza di Pembukaan IAPF
  • Oleh Eko Budiono
  • Jumat, 9 Agustus 2024 | 20:44 WIB
Kemenlu RI Evakuasi 926 WNI dari Sudan di Tengah Ketegangan Konflik
  • Oleh Eko Budiono
  • Kamis, 8 Agustus 2024 | 19:20 WIB
RI Fokus Bantu Wujudkan Gencatan Senjata di Palestina
  • Oleh Eko Budiono
  • Kamis, 8 Agustus 2024 | 19:20 WIB
Indonesia Siapkan Evakuasi WNI dari Bangladesh
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Senin, 5 Agustus 2024 | 06:00 WIB
Tampil Iringi Artis Dunia, Angklung Indonesia Pukau Penonton di "Jeddah Season"
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Kamis, 25 Juli 2024 | 21:19 WIB
Indonesia dan Filipina Pererat Kerja Sama Pendidikan di Forum JWG Bali 2024
  • Oleh Eko Budiono
  • Kamis, 25 Juli 2024 | 10:44 WIB
Menlu RI: Perlindungan HAM Jadi Kunci Masa Depan ASEAN