- Oleh Eko Budiono
- Sabtu, 2 November 2024 | 13:58 WIB
: KBRI Khartoum memulangkan tiga warga negara Indonesia (WNI), yang terdampak perang Sudan, dari rumah singgah KBRI Khartoum di Port Sudan ke Indonesia, Senin (29/1/2024). (ANTARA/HO-KBRI Khartoum)
Oleh Eko Budiono, Jumat, 9 Agustus 2024 | 20:44 WIB - Redaktur: Untung S - 290
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) berhasil mengevakuasi 926 warga negara Indonesia (WNI) dari Sudan setelah terjadinya serangan artileri di El Fasher, ibu kota Negara Bagian North Darfur di Sudan barat. Informasi itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Istana Kepresidenan Jakarta pada Jumat (9/8/2024), usai mendampingi Presiden Joko Widodo dalam pertemuan dengan acting Menteri Luar Negeri Sudan, Hussein Awad Ali Mohammed.
"Sebanyak 926 WNI telah dievakuasi, sementara sekitar 40 WNI memilih untuk tetap tinggal di Sudan dengan alasan pekerjaan atau keluarga," ujar Retno.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan terima kasih atas bantuan otoritas Sudan selama proses evakuasi yang berlangsung di tengah situasi yang sangat tidak kondusif. "Evakuasi kemarin di Sudan bukanlah hal yang mudah karena melibatkan jumlah yang besar dan kondisi yang sangat sulit," tambah Retno.
Retno juga menginformasikan bahwa operasional Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), yang sebelumnya berada di Khartoum, telah dipindahkan sementara ke Port Sudan demi alasan keamanan. "KBRI Indonesia masih ada di Khartoum, tetapi saat ini beroperasi dari Port Sudan untuk menjaga keselamatan staf dan WNI yang berada di sana," jelasnya.
Lebih lanjut, Retno menyatakan bahwa jumlah orang yang mengungsi keluar dari Sudan telah mencapai 4 juta orang. Selain menghadapi konflik, Sudan saat ini juga mengalami berbagai tantangan kesehatan serius, termasuk penanganan penyakit Monkeypox, demam berdarah dengue, malaria, dan masalah malnutrisi.
Konflik di El Fasher sendiri telah menjadi pusat bentrokan antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sejak 10 Mei 2024, meski ada peringatan internasional untuk menghentikan pertempuran di kota yang berfungsi sebagai pusat operasi kemanusiaan untuk kawasan barat Darfur. Konflik antara tentara Sudan dan RSF telah mengakibatkan 18.800 nyawa melayang dan menyebabkan sekitar 10 juta orang mengungsi.
Dengan kondisi yang masih genting, evakuasi dan bantuan internasional terus menjadi prioritas dalam menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Sudan.