- Oleh Dian Thenniarti
- Sabtu, 21 Desember 2024 | 22:48 WIB
: Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, Direktur Eksekutif INASA BRIN, Erna Sri Adiningsih dan Chief Space Application Section,Information, Communications Technology & Disaster Risk Reduction Division UNESCAP, Karen Wang/Foto : InfoPublik/Farizzy Adhy
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 20 November 2024 | 13:50 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 217
Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam mitigasi bencana melalui penguatan teknologi data geospasial dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
Melalui workshop bertajuk “Memperkuat Ketahanan Bencana di Kawasan Asia-Pasifik: Manajemen Risiko Terpadu melalui Data Geospasial dan Pemetaan Daerah Rawan Bencana,” BRIN dan UNESCAP pun mengungkapkan strategi berbasis teknologi untuk menghadapi ancaman bencana di kawasan tersebut.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, menyoroti peran data satelit penginderaan jauh dalam mitigasi risiko bencana. Teknologi ini dikatakannya memungkinkan pemantauan real-time terhadap perubahan cuaca, iklim, hingga aktivitas vulkanik, yang berkontribusi langsung pada penguatan sistem peringatan dini.
“Peringatan tsunami besar yang melanda Aceh dua dekade lalu menjadi pelajaran penting. Dengan teknologi saat ini, kita bisa memitigasi dampak serupa di masa depan melalui peringatan dini yang lebih akurat,” ujar Mego pada Rabu (20/11/2024) di Jakarta.
Ia juga menegaskan bahwa integrasi kecerdasan buatan (AI) dan big data memungkinkan simulasi serta prediksi bencana yang lebih presisi.
“AI membantu mengolah data dari berbagai sumber untuk menghasilkan estimasi yang lebih mendekati kenyataan. Ini penting untuk meminimalkan asumsi dan meningkatkan kesiapsiagaan di semua level,” tambahnya.
Sementara Direktur Eksekutif Indonesian Space Agency (INASA) BRIN, Erna Sri Adiningsih, mengungkapkan bahwa Indonesia telah menerapkan prototipe penggunaan data satelit dalam berbagai sektor, termasuk kebencanaan, pertanian, dan infrastruktur. Namun, ia mengakui bahwa masih ada tantangan besar terkait kecepatan pembaruan data dan akurasi analisis.
“Quick response dalam bencana sangat bergantung pada data yang akurat dan terkini. Dengan kerja sama internasional ini, kita tidak hanya mengandalkan sumber daya nasional tetapi juga teknologi dan dukungan global,” kata Erna.
Ia pun berharap kolaborasi dengan UNESCAP dapat mempercepat penguatan sistem mitigasi bencana nasional dan regional, sekaligus meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan risiko.
Chief Space Application Section UNESCAP, Karen Wang, menyampaikan bahwa pengembangan teknologi ruang angkasa membutuhkan kerja sama lintas negara. “Tidak ada yang bisa bekerja sendiri dalam mitigasi bencana. Kolaborasi dengan BRIN dan negara-negara lain di Asia Pasifik sangat penting untuk mengatasi tantangan manajemen risiko,” ujar Karen.
Karen menyoroti dukungan AI sebagai elemen kunci untuk memaksimalkan potensi data satelit dalam memberikan prediksi dan peringatan dini. Dengan pendekatan ini, negara-negara di Asia-Pasifik diharapkan mampu mengurangi dampak bencana secara signifikan.
Sebagai langkah lanjutan, BRIN dan UNESCAP akan terus memperkuat kerja sama berbagi data, meningkatkan kapasitas teknologi, serta membangun sistem mitigasi yang terintegrasi untuk kawasan Asia-Pasifik yang lebih tangguh terhadap bencana.