SKK Migas: FPSO Marlin Natuna Dukung Ketahanan Energi
: Floating Storage Production and Offloading (FPSO) Marlin Natuna. Foto: SKK Migas
Oleh Eko Budiono, Selasa, 1 Oktober 2024 | 09:18 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 352
Jakarta, InfoPublik - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) menyatakan, Floating Production Storage and Offloading (FPSO) Marlin Natuna siap berlayar guna mendukung ketahanan energi nasional.
Hal tersebut disampaikan Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo, melalui keterangan resmi usai acara The Sail Away Ceremony of Indonesia 1st FPSO Conversion Project FPSO Marlin Natuna, di PaxOcean Pertama Shipyard, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Senin (30/9/2024).
FPSO adalah fasilitas berupa kapal yang digunakan untuk memproduksi, menyimpan, dan menyalurkan minyak mentah dan gas alam.
Marlin Natuna merupakan proyek konversi kapal tanker pertama menjadi FPSO di Indonesia. FPSO Marlin Natuna yang memiliki kapasitas produksi 250.000 barel itu akan menampung minyak bumi dari proyek Forel di Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).
Menurut Wahju, proyek Forel merupakan proyek minyak terbesar yang akan beroperasi di 2024 dengan perkiraan produksi sebesar 10.000 barel minyak per hari (BOPD).
"Saya bilang masterpiece karena memang ini yang pertama di Indonesia yang merupakan karya kita semua, dan tentunya yang saya banggakan jajaran manajemen dari SKK Migas. Sail away (berlayar) ini bukan akhir, bukan ujung dari proyek pengembangan lapangan ini, tetapi memang bagian-bagian akhir di mana masih ada pekerjaan besar terkait dengan integrasi nanti dilakukan di Lapangan Natuna," kata Wahju.
Wahju mengatakan, proyek Forel mencakup dua pekerjaan besar. Pertama, yaitu proyek pembangunan FPSO Marlin Natuna. Kedua ialah pembangunan rangkaian fasilitas produksi, di antaranya satu anjungan wellhead platform Forel yang akan digunakan untuk lima sumur produksi, satu sumur injeksi gas, dan dua sumur tambahan untuk produksi di masa depan.
Selanjutnya, satu anjungan wellhead platform Forel yang akan digunakan untuk lima sumur produksi, satu sumur injeksi gas, dan dua sumur tambahan untuk produksi di masa depan.
Selanjutnya, satu anjungan wellhead platform Bronang untuk satu sumur produksi dan dua sumur cadangan.
"Berikutnya adalah adanya instalasi pipa bawah laut delapan inch pipa sepanjang 17 kilometer dari wellhead platform Bronang ke wellhead platform Forel dan tentunya fasilitas pendukung lainnya," kata Wahju.
Ia mengungkapkan, fasilitas wellhead platform Forel, wellhead platform Bronang, dan instalasi pipa bawah laut tersebut sudah selesai dan menunggu FPSO Marlin Natuna untuk berlayar ke Laut Natuna dan dilanjutkan dengan tahapan integrated commissioning dari seluruh fasilitas produksi proyek Forel-Bronang.
"Wellhead platform Bronang bahkan sudah onstream terlebih dahulu memproduksikan gas ke fasilitas MoGPU Hang Tuah sejak September tahun lalu dan telah terlebih dahulu memberikan kontribusi kepada negara," tutur Wahju.
Adapun, total investasi yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek Forel-Bronang secara keseluruhan mencapai sekitar 236 juta dolar AS atau sekira Rp3,5 triliun dengan angka konversi saat ini.
"Kami berharap investasi tersebut tidak hanya berhasil mewujudkan fasilitas produksi hulu migas, tetapi juga mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional," ujar Wahju.
Sementara Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan bersyukur atas pencapaian FPSO Marlin Natuna tersebut.
"Kami sangat bangga mengumumkan keberhasilan sail away FPSO Marlin Natuna. Capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh tim yang terus berkolaborasi dengan kontraktor, subkontraktor, vendor, dan instansi terkait untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan konstruksi dan pengujiannya," katanya.
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id