- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Senin, 4 November 2024 | 21:51 WIB
: Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga dalam acara Team Korea-Indonesia Economic Partnership Forum di Hotel St. Regis Jakarta pada Rabu (29/8/2024)/ foto: Humas Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Jumat, 30 Agustus 2024 | 17:01 WIB - Redaktur: Untung S - 366
Jakarta, InfoPublik - Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan bahwa perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Korea Selatan tidak hanya memperdalam kolaborasi ekonomi tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik antara kedua negara. Perjanjian dagang yang dimaksud meliputi Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK CEPA), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), dan Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP).
Hal itu disampaikan oleh Wamendag Jerry dalam Team Korea-Indonesia Economic Partnership Forum yang berlangsung di Hotel St. Regis Jakarta pada Rabu (28/8/2024). Forum tersebut, yang diorganisir oleh Korean Chamber of Commerce and Industry in Indonesia, mengusung tema "Strengthening Partnerships to Promote Korea-Indonesia Trade and Investment."
"Perjanjian-perjanjian ini mencakup sektor-sektor utama seperti pertanian, industri, tekstil, elektronik, dan jasa, sehingga meningkatkan peluang perdagangan dan investasi secara signifikan. Ini membuka jalan bagi bisnis dan industri di kedua negara untuk berkembang dengan menghapus tarif dan mengurangi hambatan perdagangan. Selain memperdalam kolaborasi ekonomi, kita juga memperkuat hubungan diplomatik," ujar Jerry dalam siaran pers Kemendag yang diterima pada Jumat (30/8/2024).
Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir, Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Korea di Indonesia, Park Soo-Deok, Wakil Ketua Umum Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Bernardino M. Vega, serta Ketua Korean Chamber of Commerce and Industry, Lee Kang Hyun.
Jerry juga mengajak Korea Selatan untuk terus bekerja sama dengan Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai tujuan perdagangan dan investasi yang prospektif. Ia menekankan pentingnya diskusi antara pelaku usaha kedua negara untuk membangun koneksi yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bersama.
"Saya memahami bahwa sebagian besar pembuat keputusan cenderung menunggu arah kebijakan pemerintahan baru Indonesia. Namun, kerja sama Indonesia dan Korea diharapkan dapat terus berjalan. Forum ekonomi seperti ini adalah kesempatan untuk berdiskusi, bertukar ide, membangun koneksi, dan membuka jalan bagi kolaborasi yang lebih besar antara kedua negara," imbuh Jerry.
Forum ini tidak hanya berfungsi sebagai platform untuk merayakan kemitraan yang telah terjalin selama 50 tahun, tetapi juga untuk mengeksplorasi peluang baru dalam meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan. Di tengah tantangan global yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, peningkatan perdagangan bilateral antara kedua negara menjadi indikator kemitraan ekonomi yang tangguh.
Pada 2023 adalah tahun istimewa bagi Indonesia dan Korea Selatan, dengan kedua negara memperingati 50 tahun hubungan bilateral. Korea Selatan telah menjadi salah satu mitra strategis Indonesia di sektor ekonomi, khususnya di bidang investasi dan perdagangan.
Hal ini sejalan dengan tujuan Indonesia untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menjadi negara maju pada 2045, saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya. "Presiden Joko Widodo telah mencanangkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan tujuan mengubah Indonesia dari negara berkembang berbasis komoditas menjadi negara maju dengan industri bernilai tambah," kata Jerry.
Sejak 2017, Indonesia telah menjadi salah satu mitra paling strategis bagi Korea Selatan di bawah kerangka Special Strategic Partnership and New Southern Policy. Pasar Indonesia menarik minat perusahaan Korea Selatan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek strategis di bidang infrastruktur, energi hijau, perawatan kesehatan dan biofarmasi, smart city, teknologi digital, dan industri makanan.
Menurut laporan Global Economic Prospects oleh World Bank, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat menjadi 2,4 persen pada 2024. Sementara negara maju diperkirakan hanya tumbuh sebesar 1,2 persen, negara berkembang diproyeksikan tumbuh 3,9 persen.
Di tengah tantangan global, ketidakpastian, dan ketegangan geopolitik, ekonomi Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan positif. Pada kuartal I-2024, ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diperkirakan tetap kuat, dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.
Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 mencatat surplus USD0,47 miliar. Nilai ini melanjutkan tren surplus neraca perdagangan selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Meskipun surplus ini lebih kecil dibandingkan dengan surplus pada Juni 2024 sebesar USD2,39 miliar, hal itu tetap mencerminkan stabilitas dan kondisi positif perekonomian Indonesia. Optimisme harus terus dijaga bahwa perdagangan Indonesia akan terus tumbuh dan perekonomian nasional akan terus membaik.