- Oleh Wandi
- Kamis, 21 November 2024 | 20:59 WIB
: Penandatanganan MoU antara Bulog Wilayah NTB dengan peternak rakyat yang tergabung dalam Pinsar Petelur Nasional (PPN) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (22/7/2024)/Foto : Humas Bapanas
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Selasa, 23 Juli 2024 | 14:08 WIB - Redaktur: Untung S - 296
Jakarta, InfoPublik - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengapresiasi sinergi kuat antara para stakeholder pangan dalam upaya menjaga stabilitas pasokan dan harga jagung nasional baik di tingkat produsen dan konsumen.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menanggapi Penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang terbangun antara Bulog Wilayah NTB dengan peternak rakyat yang tergabung dalam Pinsar Petelur Nasional (PPN) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (22/7/2024).
"Kerja sama yang solid antara berbagai pihak sangat penting untuk memastikan ketersediaan jagung yang cukup dengan harga yang stabil. Kami berterima kasih kepada para petani yang telah bekerja keras, Bulog yang berkomitmen untuk menyerap, dan Pinsar sebagai entitas perunggasan yang membutuhkan pasokan jagung pakan yang kontinu," ujar Arief dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik pada Selasa (22/7/2024).
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa yang hadir menyaksikan penandatanganan MoU tersebut menyampaikan bahwa kerja sama itu merupakan langkah nyata daerah dalam menyelesaikan masalah jagung di tengah masyarakat.
"Ini langkah responsif yang dilakukan untuk melakukan stabilisasi pangan khususnya jagung. Ketika ada informasi masuk terkait produksi jagung berlebih di NTB, langsung bergerak komunikasi. dan melalui upaya ini memberikan perluasan jangkauan distribusi yang lebih merata sehingga harga jagung tetap stabil di tingkat petani. Jadi MoU ini adalah langkah nyata di mana daerah sudah langsung menyelesaikan masalahnya," ujar Ketut.
Ketut berharap kedepannya Pemerintah Daerah (Pemda) dapat menyerap jagung dari para petani dalam negeri sebagai cadangan jagung pemerintah di luar cadangan beras pemerintah.
"Tujuannya ada dua, pertama kita ingin jaga kekuatan stok, dan yang kedua, kita jaga sedulur petani kita agar harga tidak jatuh pada saat panen raya. Nah, di sinilah pentingnya penyerapan hasil panen untuk stok CPP," harap Ketut.
Kepala Bulog NTB Raden Guna Dharma menyebut, penandatanganan MoU antara Bulog NTB dengan para peternak PPN ini merupakan komitmen di mana Bulog akan mengoptimalkan penyerapan jagung petani, dan menyalurkan ke PPN untuk memenuhi kebutuhan jagung pakan ternak ayam di wilayah Jawa. Dalam MoU tersebut, disepakati Bulog akan mengirim 1.300 ton jagung pipilan kering kepada Koperasi PPN.
"Kami menyambut baik kerja sama itu mengingat potensi jagung sangat besar di Nusa Tenggara Barat. Semoga kerja sama ini memberikan manfaat dan keberlanjutan. Apa yang kita lakukan malam ini tiada lain untuk mengantarkan kebaikan bagi kita semua," sebut Raden
Senada dengan pernyataan Raden, Ketua Presidium PPN Yudianto Yosgiarso menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah dan semua pihak dengan jalinan kerja sama yang terbangun ini. Ia menyebut kontribusi jagung pakan mencapai 50 persen dari biaya produksi industri peternakan.
"Ini (jagung pakan) sangat menentukan mengenai besarnya harga telur yang diproduksi kami para peternak. Karena itu, kami mendukung apa yang sudah dicanangkan Badan Pangan Nasional untuk membentuk suatu ekosistem pangan di mana petani jagung, peternak, dan pedagang semuanya saling bekerja sama dan menghasilkan pangan yang memadai," ujarnya.
Adapun menurut Kerangka Sample Acuan (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2024, neraca jagung pada Januari - September 2024 masih mengalami surplus sekitar 30 ribu ton di mana produksi jagung bersih diperkirakan mencapai 10,43 juta ton, sementara kebutuhan 10,40 juta ton. Sementara khusus untuk Provinsi NTB potensi luas panen pada Juli - September 2024 mencapai 32.906 hektare (ha).