:
Oleh G. Suranto, Kamis, 7 Maret 2019 | 22:26 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 495
Jakarta, InfoPublik - Guna menyiapkan anak didik Indonesia atau generasi yang akan datang, terutama menghadapi era globalisasi, dan mewujudkan generasi Indonesa emas, maka pendidikan karakter anak sangat penting.
“Karakter itu, berarti bukan sopan santun saja, tapi karakter itu mulai dari karakter pekerja keras, kejujuran, mandiri, disipin, kemudian berani mengambil resiko, tentu juga nasionalisme yang tinggi, dan gotong royong. Itu semua karakter yang harus dimiliki oleh generasi kita yang akan datang. Oleh karena itu, ini suatu keharusan, bahwa kita tidak cukup hanya mendidik anak, kita menjadi pekerja, tapi kita juga harus menyiapkan anak-anak kita menjadi pencipta lapangan kerja,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Didik Suhardi saat menyampaikan capaian kinerja Kemendikbud 2015 hingga 2018 pada silaturahmi di Muncul, Setu, Kota Tangerang Selatan, Kamis (7/3).
Menurutnya, untuk menjadi pencipta lapangan kerja itu, salah satu yang harus dimiliki oleh anak-anak adalah berani mengambil risiko. “Kalau kita tidak berani mengambil risiko, tentu kita lebih enak jadi pekerja. Pekerja itukan tidak pernah mikir nanti gajinya darimana, yang penting bekerja setiap hari, akhir bulan dapat gaji. Tapi kalau yang berani mengambil risiko, penyedia lapangan kerja, itu harus punya jiwa itu, sehingga apa yang harus disiapkan, apa yang harus dilakukan itu supaya bisa menggaji karyawannya setiap bulan. Itu yang harus dipunyai anak-anak, sehingga mereka berani mengambil risiko. Ini adalah karakter-karakter yang diperlukan oleh kita ke depan,” ujarnya.
Terkait dengan kurikulum berubah, menurutnya, karena kurikulum itu menyesuaikan kebutuhan di lapangan, karena kurikulum itu memang filosofinya berkembang. “Jadi kurikulum selalu berkembang, kalau gak berkembang namanya bukan kurikulum. Jadi Kurikulum itu adalah sesuatu yang harus diberikan kepada anak-anak kita untuk mencapai standar kompetensi yang harapannya untuk bisa menyiapkan mereka pada kehidupan di masa datang. Oleh karena itu, karakter-karakter itu yang harus dipunyai oleh anak didik kita,” paparnya.
Ia menambahkan, salah satu karakter yang harus dipunyai oleh anak-anak yaitu integritas, kejujuran. “Kenapa kita selalu mengimbau kepada sekolah-sekolah untuk melakukan ujian berbasis kompetensi, maksudnya apa, supaya anak-anak kita itu mengerjakan ujian nasional dengan benar, dengan jujur, artinya apa nilai tinggi tapi dari hasil nyontek, hasil dari tidak jujur, karena itu salah satunya adalah Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Kalau kejujuran sekolah-sekolah kita/anak-anak kita sudah sangat tinggi, tentu berbasis komputer itu tidak diperlukan lagi,” ujarnya.
Oleh karena itu, sistem itu menjadi keharusan, termasuk di UNBK ini. “Dengan UNBK ini Alhamdulillah integritas kita sudah sangat tinggi, karena gak ada lagi kesempatan untuk nyontek, karena setiap anak dalam satu kelas itu, setiap meja soalnya sendiri-sendiri, nyontek sama siapa, itu tidak mungkin dilakukan,” tuturnya.
Hal itu sangat bagus, dan akan dilakukan terus. “Tentu kita akan menciptakan model yang lebih baik lagi untuk mengukur daya serap ank-anak kita terhadap kualitas pendidikan tersebut. Itu akan kita lakukan terus. Makin tahun-makin naik, tahun 2019 diharapkan UNBK ini untuk SMP mencapai sekitar 85 pesen, SMA/SMK sudah 99 persen. Jadi kalau dibandingkan dengan Kemenag sudah 100 persen, karena jumlah sekolahnya lebih sedikit, kalau Kemendikbud jumlah sekolahnya lebih banyak, dan terpencar dimana-mana, termasuk juga di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T), sehingga ini perlu penanganan yang luar biasa.