KTT G20: Indonesia Menjadi Jembatan Perdamaian Dunia

:


Oleh Ahmed Kurnia, Senin, 29 Agustus 2022 | 21:47 WIB - Redaktur: Untung S - 24K


Jakarta, InfoPublik – Ada kabar melegakan buat Indonesia selaku tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan berlangsung di Bali pada November 2022 mendatang.

Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Presiden Rusia sudah mengkonfirmasi akan hadir di acara tersebut. “Xi Jinping akan datang. Presiden Putin juga mengatakan kepada saya bahwa dia akan datang,” kata Presiden Jokowi seperti yang dilansir Bloomberg, pekan lalu Jumat (19/8/2022).

Menurut laporan, Kremlin mengeluarkan pernyataan bahwa Putin dan Jokowi telah membahas persiapan KTT G20 dalam panggilan telepon antar kedua kepala negara pada Kamis, 18 Agustus 2022. Kedutaan Besar Rusia di Jakarta juga membenarkan adanya hubungan telepon antar kedua kepala negara. “Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo @jokowi mengadakan percakapan telepon," demikian cuitan di Twitter Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.

Sementara Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio juga memberikan aba-aba bakal hadir di Bali dan sekaligus akan menandatangani protokol perubahaan dokumen kesepakatan Indonesian-Japan Economic Partnersip Agreement (IJEPA) – merupakan kesepakatan kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Jepang yang dilandasi dengan prinsip Economic Partnership Agreement (EPA).

Kalau saja Presiden AS Joe Biden hadir di Bali nanti maka ini untuk pertama kalinya Biden, Putin, Xi, dan Fumio – pemimpin negara yang memiliki pengaruh besar dalam percaturan geopolitik dunia – akan bertemu muka sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Februari 2022 lalu. Tentu akan menjadi relevan dengan kehadiran Presiden Ukraina Zelenskyy yang sudah diundang langsung oleh Presiden Jokowi dan menyatakan kesediaannya untuk hadir di Bali.

Maka tak pelak lagi, panggung KTT G20 November 2022 mendatang di Bali nanti akan menjadi saksi dialog untuk menyelesaikan perang Rusia vs Ukraina – yang memberikan dampak yang sangat luas terhadap perekonomian dunia.

Tentu agenda KTT G20 nanti bukan hanya bermaksud untuk menyelesaikan perang Rusia vs. Ukraina. Banyak agenda lain yang juga tak kalah pentingnya seperti pembahasan mengenai strategi normalisasi kebijakan serta mitigasi dampak jangka panjang dari pandemi di sektor keuangan serta upaya untuk memperkuat sektor keuangan global melalui pengelolaan risiko dan optimalisasi teknologi dan digitalisasi, serta pengaturan sistem pembayaran lintas batas. Tema yang dikumandangkan oleh Indonesia yang menerima amanah selaku presidensi G20 adalah Recover Together, Recover Stronger – atau Pulih Bersama, Bangkit Perkasa.

Peran Indonesia selaku Presidensi G20 semakin signifikan ketika Presiden Jokowi melaksanakan shuttle diplomacy dalam upaya menyelesaikan perang Rusia vs Ukraina. Pada 29 Juni 2022 lalu, Presiden Jokowi berkunjung ke Ukraina menjumpai Presiden Zelenskyy. “Saya sampaikan ke Presiden Zelenskyy bahwa kunjungan ini saya lakukan sebagai manifestasi kepedulian Indonesia terhadap situasi di Ukraina," ujar Presiden Jokowi saat menyampaikan pernyataan pers bersama Presiden Zelenskyy selepas pertemuan di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina.

Ketika itu Presiden Jokowi menegaskan posisi Indonesia mengenai pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. Meskipun masih sangat sulit dicapai, Presiden Jokowi juga tetap menyampaikan pentingnya penyelesaian damai dan mengatakan bahwa spirit perdamaian tidak boleh pernah luntur. “Dalam kaitan ini, saya menawarkan diri untuk membawa pesan dari Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera," imbuhnya.

Selanjutnya, Presiden Jokowi juga menyampaikan kepeduliannya terhadap dampak perang bagi kemanusiaan. Dengan kemampuan yang ada, rakyat dan pemerintah Indonesia berusaha memberikan kontribusi bantuan termasuk obat-obatan dan komitmen rekonstruksi rumah sakit di sekitar Kyiv.

Keesokan harinya Presiden Joko Widodo dan rombongan telah tiba di Moskow, Rusia bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Istana Kremlin.

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia merupakan wujud amanat konstitusi Indonesia untuk berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Presiden Jokowi telah berusaha memposisikan dirinya sebagai mediator untuk bertemu dengan kedua kepala negara yang sedang konflik itu dan mendesak agar segara mengakhiri perang.

“Isu perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia. Konstitusi Indonesia mengamanatkan agar Indonesia selalu berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Dalam konteks inilah, saya melakukan kunjungan ke Kyiv dan ke Moskow," ujar Presiden Jokowi dalam pernyataan pers bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Moskow, Rusia pada Kamis (30/6/2022).

Terkait dengan hal tersebut, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan bahwa ia siap menjadi jembatan komunikasi antara Ukraina dan Rusia. “Saya telah menyampaikan pesan Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi antara kedua pemimpin tersebut," ucap Presiden Jokowi Ketika itu.

Saat pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Putin juga membahas masalah terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk yang bisa berdampak kepada ratusan juta masyarakat dunia, terutama di negara berkembang.

Sebagai Presidensi G20, Indonesia menghadapi tekanan dari negara-negara sekutu AS seperti Kanada, Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan untuk tidak menghadirkan – atau membatalkan undangan kepada - Putin karena invasi Rusia ke Ukraina.

Lawatan ke Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan

Pada 25 Juli – 28 Juli 2022, Presiden Jokowi mengadakan lawatan ke tiga Negara Asia Timur yaitu Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan untuk bertemu dengan pemimpin dari ketiga negara tersebut. Selain untuk mempererat kerja sama bilateral dengan masing-masing negara Asia Timur itu, kunjungan Presiden Jokowi juga untuk menggalang dukungan terhadap Presidensi G20 di forum internasional.

Pertemuan Jokowi dengan ketiga Kepala Negara tersebut selain membawa hasil dukungan sebagai Presidensi G20, juga dibahas sejumlah isu, mulai dari global hingga kerja sama di sejumlah bidang mulai dari perdagangan, investasi, kesehatan, infrastruktur, perikanan hingga isu kawasan dan dunia.

Di Beijing, berlangsung pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing yang menghasilkan sejumlah kesepakatan antara Indonesia dan China (26/7/2022).

Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin menyampaikan komitmennya untuk memperkuat kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara sekaligus kawasan dan dunia. Dalam pertemuan kedua Kepala Negara tersebut lahirlah Tujuh Kesepakatan antara Indonesia dan China yang dihasilkan, yaitu Pembaruan Nota Kesepahaman (MoU) Sinergi Poros Maritim Dunia dan Belt Road Initiative.

Di Tokyo, dalam pertemuan Jokowi dengan Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang perdagangan dan investasi antara kedua negara. “Kami [Indonesia-Jepang) sepakat protokol perubahan IJEPA dapat diselesaikan dan ditandatangani pada KTT G20 di Bali, November mendatang.” ujar Jokowi. IJEPA adalah kependekan dari Indonesian-Japan Economic Partnersip Agreement – merupakan kesepakatan kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Jepang yang dilandasi dengan prinsip Economic Partnership Agreement (EPA).

Sementara di Seoul, Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol pada Kamis sore, 28 Juli 2022. Usai rapat tingkat tinggi dengan Yoon, Jokowi mengantongi US$6,37 miliar atau Rp94 triliun untuk proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Dari serangkaian hasil kunjungan kerja itu – Kyiv, Moskow, Beijing, Tokyo, dan Seoul -   menunjukkan bahwa kepercayaan internasional terhadap Indonesia semakin meningkat. Dukungan terhadap Presidensi Indonesia di G20 terus menguat. Hasilnya, seperti yang diungkapkan oleh Presiden Jokowi, “Indonesia kini dipercaya menjadi ‘jembatan perdamaian’ dunia,’’ katanya.

Selain itu, Presiden Jokowi juga dipercaya sebagai salah satu pemimpin dunia yang menjadi anggota Champion Group of the Global Crisis Response Group (GCRG). Champion Group tersebut, dipimpin oleh Sekjen PBB, dan bertujuan untuk mendorong konsensus global serta melakukan advokasi solusi untuk atasi krisis pangan, energi dan keuangan global.

Selain Presiden Jokowi, Sekjen PBB juga mempercayai lima pemimpin dunia lainnya sebagai anggota Champion Group yaitu, Presiden Senegal, Kanselir Jerman, Perdana Menteri Barbados, Perdana Menteri Denmark, dan Perdana Menteri Bangladesh.

Tahun 2023 mendatang, Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN. “Artinya, kita berada di puncak kepemimpinan global dan memperoleh kesempatan besar untuk membangun kerja sama internasional,” kata Presiden Jokowi.

Keterangan Foto: Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Kyiv Ukraina (foto: dok biro pers)