Waspada, Dunia semakin Gelap

:


Oleh DT Waluyo, Selasa, 4 Oktober 2022 | 12:17 WIB - Redaktur: Untung S - 6K


Jakarta, InfoPublik – Gelap. Alih-alih memilih kata “suram”, Presiden Joko Widodo menggunakan kata “gelap”, untuk menggambarkan kondisi ekonomi global di 2023 mendatang.

Yang dimaksud gelap, dalam penuturan Presiden adalah kondisi perekonomian dunia. Hal tersebut, merujuk pada prediksi dan kalkulasi dari lembaga-lembaga internasional. "Itu yang saya sampaikan itu (kondisi) dunia," ujar Jokowi usai melakukan groundbreaking Wavin Manufacturing Indonesia, di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (3/10/2022), sebagaimana disiarkan YouTube Sekretariat Presiden.

“Ekonomi dunia, masih kata Presiden, tahun depan memang semua lembaga-lembaga internasional menyampaikan dalam posisi yang tidak baik. Dalam posisi yang lebih gelap," katanya melanjutkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata gelap berarti; 1 tidak ada cahaya; kelam; tidak terang: 2 malam:  3 tidak atau belum jelas (tentang perihal, perkara, dan sebagainya); samar:  4 rahasia (tidak secara terang-terangan); tidak halal atau tidak sah; tidak menurut aturan (undang-undang, hukum) yang berlaku: 

Merujuk KBBI, kata gelap jelas menunjukkan gambaran adanya situasi atau kondisi yang kurang menyenangkan. Sebagaimana juga gambaran yang disampaikan Presiden, bahwa pandemi COVID-19 (yang sudah melanda dunia sejak Desember 2019) mungkin akan segera berakhir.

"Selalu berulang-ulang saya sampaikan, situasi ekonomi dunia sekarang ini betul-betul pada posisi yang tidak baik-baik saja. Ketidakpastiannya sangat tinggi. Semua negara pada posisi yang sangat sulit sekarang ini," kata Jokowi.

Tantangan yang dimaksud adalah sejumlah tekanan terhadap ekonomi dunia yang dipicu adanya perang di Ukraina dan Rusia yang tak kunjung usai. Juga adanya ancaman krisis pangan, krisis energi, serta krisis finansial.

Krisis multi dimensi yang melanda dunia itu tidak urung berimbas pada ekonomi Indonesia. Sekalipun, sebagaimana berulangkali diungkap Pemerintah, kondisi ekonomi nasional masih terbilang masih kuat. Namun, kewaspadaan terhadap ekonomi global patut dikedepankan.

Bedasarkan statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif; ekonomi tumbuh 5,44 persen pada kuartal II-2022. Presiden pun berkeyakinan, tren pertumbuhan itu akan berlanjut pada kuartal III-2022.

"Saya masih meyakini di kuartal III kita masih bisa tumbuh di atas angka tadi. Kuncinya kita semua harus kompak, kita semuanya harus bersinergi, kita semuanya harus memiliki perasaan yang sama," ungkapnya.

Berharap Bisa Kompak

Tentang ekonomi dunia yang kurang baik, juga pernah disampaikan  Presiden saat memberi sambutan pada acara pengarahan Presiden RI kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda dan Kajati di Jakarta Convention Center, Kamis (29/9/2022).

Satu bulan sebelumnya, Presiden juga bicara hal serupa. Dalam acara Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022, di Sentul International Convention Center di Bogor, sebagaimana disiarkan YouTube PPAD TNI, Jumat (5/8/2022). Presiden memprediksi kondisi ekonomi dunia pada 2023 akan lebih sulit daripada 2022.

Prediksi tersebut berdasarkan rangkuman informasi yang didapat saat bertemu para pemimpin dunia, seperti Sekjen PBB Antonio Guterres, para kepala lembaga internasional, dan semua kepala negara G7. "Beliau-beliau menyampaikan, 'Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit, terus kemudian tahun depan seperti apa? Tahun depan akan gelap'. Ini bukan Indonesia, ini dunia, hati-hati, bukan Indonesia, yang saya bicarakan tapi dunia," ujarnya.

Mengutip kembali penjelasan dari Sekjen PBB dan IMF bahwa akan ada 66 negara yang akan ambruk ekonominya. Ambruknya perekonomian negara-negara di dunia tidak langsung bersamaan, tetapi bertahap hingga akhirnya kini sudah ratusan juta orang di dunia kelaparan. "Mereka detail mengalkulasi, apa yang dikhawatirkan betul-betul kita lihat dan sekarang ini 320 juta orang di dunia sudah berada pada posisi menderita kelaparan akut dan sebagian sudah kelaparan," jelas Presiden.

Mencermati penjelasan Presiden, juga membaca informasi media (cetak, social media dan media online), resesi dunia merupakan menu berita sehari-hari. Disampaikan pula, bahwa tahun ini (2022) sulit dan tahun depan akan semakin sulit. Dalam Bahasa Presiden, tahun depan akan gelap. “Dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi," kata Presiden

Menghadapi kondisi dunia yang kurang menguntungkan itu, langkah terbaik adalah, selain tetap berhati-hati juga harus bersiap lebih awal. Presiden mengajak bangsa Indonesia Bersatu, kompak. "Yang besar, yang menengah, yang kecil, bekerja sama, berkolaborasi bersama, menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di lapangan secara konkret dan nyata," pungkasnya.

Sebagai gambaran konkret, ancaman terhadap perekonomian nasional itu dari sisi inflasi. Tidak hanya Indonesia, hamper semua negara di dunia saat ini dibayangi ketakutan akan inflasi yang melonjak sangat tinggi.

Pada umumnya, inflasi semua negara hanya sekitar 1 persen. Namun saat ini mencapai 8 persen, bahkan ada yang lebih dari 10 persen. Mengutip data Presiden Jokowi, menyampaikan ada lima negara yang inflasinya hingga 80 persen. "Oleh sebab itu, kita harus kompak, harus bersatu dari pusat provinsi kabupaten kota sampai ke bawah. Dan semua kementerian lembaga seperti saat kita kemarin menangani COVID-19, kalau Covid-19 bisa bersama-sama urusan inflasi ini kita harus bersama-sama," tambahnya. (*)

Ilustrasi, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita didampingi Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Dirjen IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita berfoto bersama pengrajin batik "Pusaka Banten" saat meninjau pameran dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional Tahun 2022, di FX Sudirman, Jakarta, 2 Oktober 2022. (Dok. Kemenperin)