Menjaga Stabilitas Harga Beras

:


Oleh Taofiq Rauf, Kamis, 8 Juni 2023 | 19:31 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 2K


Jakarta, Infopublik - Haji Basrin baru saja tiba di lokasi penggilingan beras di Kampung Waru,  Kabupaten Karawang, sore itu. Ia membawa sendiri hasil panennya dengan menggunakan gerobak angkut. 

Dengan kekuatan otot yang sudah terlatih, Basrin mengangkat sendiri karung-karung gabah padi itu dan menaruhnya di depan rumah penggilingan.  Ia tak bisa langsung menggiling karena masih harus mengantre karena di sana sudah ada sejumlah petani lainnya. 

Suara bising mesin penggilingan padi pun terdengar cukup jelas. Adjat Sudrajat, petugas giling, dengan sigap memasukkan buliran gabah kering giling itu ke dalam mesin pertama. 

Mesin ini dipakai untuk membuka sedikit kulit gabah menjadi beras setengah jadi. Dari proses pertama ini, baru dimasukkan ke mesin kedua untuk memisahkan ampas dan beras. Setidaknya butuh tiga kali putaran hingga buliran beras itu benar-benar bersih dipisahkan dari ampasnya.   "Untuk gabah kering giling di tingkat penggilingan di sini sudah Rp 7.000 per kg," ujar Adjat ketika berbincang dengan GPR News,  Kamis (6/4/2023). 

Kualitas beras yang dihasilkan dari penggilingan tersebut masuk dalam kategori medium. Bagi petani harga itu sudah cukup bagus karena berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.200 per kg.  Kemudian, beras yang sudah jadi dan masuk karung dijual di pasar dengan kisaran Rp 10 ribu per kg pun masih di atas kisaran Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 10.900 untuk kelas medium.  

Lantas mengapa ada gap lebar antara harga gabah dan beras?  Ini karena dari 1 kuintal gabah kering yang digiling paling tidak hanya bisa mendapat 50 kg beras.  Jika kualitas padi dan penggilingannya bagus, maka bisa  menghasilkan sekitar 60 kg (60 persen).   

Namun  bagi warga di Kampung Waru, tidak semua hasil panen itu untuk dijual, karena sebagian lainnya buat disimpan sampai panen berikutnya. 

Di Pasar Cimanggis, Bogor, Jawa Barat, Sunarto sibuk melayani pelanggannya. Sebagai pedagang yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia beras, naik dan turunnya harga beras sudah menjadi hal  biasa. 

Namun untuk saat ini, kata ia, harga beras cenderung stabil di harga yang tinggi. Untuk beras medium misalnya dijual di kisaran Rp 11 ribu per kg. Sementara untuk premium sudah di atas Rp 12 ribu.  "Yang membedakan medium dan premium itu dari patahan dan kadar airnya," ujar bapak beranak dua itu. 

Menurut Sunarto harga beras stabil tinggi karena harga di tingkat petani juga sudah naik.  Di sawah, harga gabah panen sudah Rp 600 ribu per 100 kg. Sementara di tingkat penggilingan di kisaran Rp 630 ribu per 100 kg. 

Pemerintah, kata ia, juga telah menaikkan Harga Eceran Tertinggi yang ikut mempengaruhi harga. Di sisi lain, pasokan beras dari daerah juga sudah mulai berkurang. Sementara beras impor dari Bulog sudah tidak masuk lagi. "Kalau beras impor ini kewenangan Bulog yang mengeluarkan," ujarnya. 

Sunarto melihat harga beras sepertinya belum akan turun, baik sebelum maupun selepas hari raya. "Tergantung nanti dari pasokannya," katanya.  

Satu hal yang menjadi catatan pria kelahiran Pacitan itu yakni soal daya beli. Daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya. "Dulu itu biasa 150 ton per bulan bisa nurunin sekarang paling hanya 100 ton.”  

Di Pasar Induk Cipinang rata-rata harga beras per 5 April 2023 berada di kisaran Rp 11.892 per kg. Angka itu cenderung mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Januari 2023 sebesar Rp 11.339 per kg. Pun halnya jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang berada di kisaran Rp 9.712 per kg.  

Sementara berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret tercatat ada 60 kota yang mengalami kenaikan harga beras dan 29 kota alami penurunan. Beberapa kota yang mengalami kenaikan seperti Bengkulu yang meningkat 2,8 persen.   Kemudian di Palangka Raya 3,11 persen, Manokwari 2,65 persen, Yogyakarta  4,72 persen, Bali serta Nusa Tenggara  (7,86 persen) dan yang tertinggi di Luwuk (Sulawesi Tengah) 25,44 persen.  Sementara penurunan terdalam terjadi di Kota Mataram yakni sebesar 8,50 persen (secara month to month).

Namun  kabar baiknya, jika menengok secara rata-rata secara nasional , BPS mencatat sudah terjadi penurunan harga gabah di tingkat petani maupun penggilingan sejak Februari 2023.   Gabah Kering Giling (GKG) turun dari 6.436 pada Februari menjadi 6.051 pada Maret atau turun 5,99 persen. 

Kemudian Gabah Kering Panen (GKP) turun dari Rp 5.711 per kg pada Maret ke harga Rp 5.274 per kg atau 5,99 persen. Harga beras di penggilingan juga sudah mulai turun, dari Rp 11.451 turun ke angka Rp 11.301 per kg. "Harga gabah turun sejak Februari 2023 seiring dengan datangnya periode panen raya," tulis BPS.

Pemicu harga naik

Berkaca pada penjelasan Adjat, Sunarto, maupun informasi dari Pasar Induk Cipinang dan BPS, terlihat bahwa belum ada perubahan signifikan dalam hal harga beras.  Penurunan memang terjadi pada gabah, tapi harga beras di pasaran masih terbilang tinggi bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu dengan rata rata saat itu Rp 9.700 per kg.  Gap antara harga gabah di penggilingan dan beras cukup lebar. 

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tren kenaikan harga gabah petani itu bukan saja karena tarikan permintaan yang kuat, namun harga pokok produksi padi di tingkat petani juga meningkat karena harga dihantam inflasi 5,5 persen, dan inflasi di sektor pangan. 

Salah satu yang pendorong inflasi sektor pertanian itu adalah kenaikan harga transportasi dan harga bahan-bahan industri pendukungnya seperti pupuk serta pestisida. "Harga kenaikan beras tentu diterima oleh petani," kata Mentan kepada GPR News.  

Faktanya, lanjut mantan gubernur Sulawesi Selatan tersebut, nilai tukar petani (NTP) naik. Data yang dirilis oleh BPS menunjukkan, per Februari 2023, NTP mencapai 110,53, naik 0,71 poin dari posisi Januari. NTP di awal 2023 ini meningkat signifikan dari Desember 2022 yang berada di level 109. 

Namun harga gabah kering panen di tingkat petani pada bulan Maret 2023 mengalami penurunan sebesar 7,65 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Meski, apabila dihitung secara tahunan harganya tetap meningkat sebesar 15,41 persen (year-on-year). 

Persoalan lain yang juga dihadapi petani yakni tingginya curah hujan. Curah hujan yang tinggi membuat sejumlah area sawah terendam banjir.  "Kondisi ini bukan hal yang bisa kita kendalikan. Namun kita sangat bersyukur bahwa kita dari jajaran Kementerian Pertanian bisa secara cepat dan tanggap untuk turun ke lapangan."  

BPS memproyeksikan total produksi beras pada panen raya Maret-April mencapai 8,7 juta ton.  Rinciannya Maret 5,27 ton beras atau setara 9,15 juta ton gabah kering giling. Kemudian pada April 3,15 juta ton beras atau setara 6,09 juta GKG.   Proyeksi ini turun bila dibandingkan periode sama tahun lalu yang menghasilkan 10,05 juta. 

Kenaikan HPP disambut positif

Untuk menjaga harga beras yang wajar di tingkat konsumen, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mengeluarkan  Peraturan Badan (Perbadan) Pangan Nasional Nomor 6 Tahun 2023  tentang Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras serta Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras.  

Perbadan 6/2023 HPP GKP di petani ditetapkan sebesar Rp 5.000 per kg. Kemudian harga GKP di penggilingan Rp 5.100 per kg. Sementara harga GKG di penggilingan sebesar Rp 6.200 per kg dan GKG di gudang Bulog Rp 6.300 per kg. 

Adapun Harga Eceran Tertinggi Beras berdasarkan Perbadan 7/2023 ditetapkan berdasarkan zona. Untuk zona 1 seperti Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB serta Sulawesi beras medium dijual seharga Rp 10.900 per kg dan beras premium Rp 13.800.

Kemudian zona dua yakni Sumatra (selain Lampung dan Sumsel), NTT dan Kalimantan beras medium dijual seharga Rp 11.500 dan premium Rp 14.400 per kg. Sementara zona 3  yakni Maluku dan Papua beras medium dijual Rp 11.800 dan beras premium Rp 14.300.

Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyambut keputusan pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Kenaikan  itu dapat memberikan kepastian bagi mereka. "Untuk kenaikan HPP gabah kering panen di tingkat petani tentu kami menyambut baik, meskipun masih di bawah ideal," kata Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu Sutatang di Indramayu, seperti dikutip Antara. 

Menurutnya dengan adanya kenaikan HPP untuk Gabah Kering Panen (GKP), dan Gabah Kering Giling (GKG) membuat petani bisa lebih bernafas lega, mengingat saat ini ongkos produksi sudah mengalami peningkatan.

Ia menjelaskan, saat ini per hektare biaya produksi padi bisa mencapai Rp 10 juta. Hal ini mengingat upah pekerja, pupuk, dan pestisida juga terus mengalami peningkatan harga, sehingga memang perlu dilakukan perubahan harga. "Cost produksi mahal per hektare bisa mencapai Rp10 juta, dan idealnya HPP sekitar Rp 5000, dan ini bisa mengimbangi dengan harga produksi," tuturnya.

Operasi pasar

Harga beras yang masih tinggi di pasaran membuat pemerintah melakukan beragam jurus untuk mengendalikan bahan pokok tersebut.  Apalagi menjelang Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang.

Salah satu yang dilakukan yakni dengan menggelar operasi pasar. Badan Urusan Logistik (Bulog) melalui program Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) telah menyalurkan 563.643 ton beras.  Untuk menjangkau konsumen lebih luas, Bulog tidak hanya menjangkau pasar tradisional, tapi juga toko-toko ritel modern.

 “Bulog  berupaya agar program SPHP ini dapat menjangkau konsumen secara langsung,” ujar Direktur Utama Badan Urusan Logistik Budi Waseso  saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (3/4/2023).   

Tidak hanya operasi pasar, Bulog juga sudah mulai menyalurkan beras bantuan pangan yang merupakan penugasan dari pemerintah pada 6 April 2023.  Program Bantuan Pangan 2023 ini akan disalurkan kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang tercatat dalam data Kementerian Sosial. 

Bantuan akan diberikan selama tiga bulan alokasi yakni Maret, April dan Mei. Adapun masing-masing KPM akan menerima 10 kg per alokasi. Kebutuhan beras yang dibutuhkan sebanyak 213.530 ton per alokasi , Dengan demikian, selama tiga bulan alokasi kebutuhan beras yang digelontorkan 640.590 ton. Di berbagai daerah juga digelar pasar murah untuk menekan kenaikan harga. 

Presiden Joko Widodo pun sadar bagaimana peliknya masalah beras tersebut.  Salah satu hal yang tersulit adalah bagaimana menyeimbangkan antara harga di tingkat petani, pedagang dan daya beli konsumen. Artinya bagaimana petani tetap dapat untung, pedagang juga tak rugi, dan yang  penting adalah harga di tingkat konsumen tetap terjangkau. “Mencari keseimbangan itu yang tak gampang,” ujar Presiden Joko Widodo,  ketika panen di Ngawi. (IY)

 

Foto: Pekerja menata beras dalam karung di gudang penyimpanan Kantor Wilayah Perum Bulog Aceh, di kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (16/5/2023). Kanwil Perum Bulog di daerah itu mencatat hingga Mei 2023 capaian serapan beras hasil panen raya sebanyak 2.418 ton dan gabah kering giling (GKG) sebanyak 2.430 ton, sedangkan total stok beras saat ini sebanyak 8.200 ton. ANTARA FOTO/Ampelsa/nym.

 

Baca artikel lainnya dan download GPRNews Edisi IV 2023 di: https://www.gprnews.id/books/drra/