:
Oleh DT Waluyo, Senin, 5 September 2022 | 11:40 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 5K
Jakarta, InfoPublik - Konsep hunian cerdas alias smart living, selain green living concept dan sustainable living, populer di lingkungan urban dewasa ini. Sejumlah pengembang di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung, termasuk juga kawasan penyangga seperti Tangerang dan Bekasi, sudah banyak yang menerapkan konsep ini.
Secara sederhana, konsep smart living adalah cara pandang atau pola pikir yang berlandaskan kepraktisan dan efisiensi, namun juga menjunjung tinggi faktor kenyamanan. Hal ini sejalan dengan semakin padatnya aktivitas masyarakat kota besar, yang mendorong gaya hidup serba cepat dan praktis jadi solusi untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang ada di barisan depan yang mendorong konsep hidup sehat tersebut. Bahkan, dalam visium 2030, Kementerian PUPR mematok target 100 persen smart living; 100% pelayanan air minum, 0 ha kawasan kumuh, dan 100% pelayanan sanitasi.
Untuk mewujudkannya, Kementerian PUPR mendorong kolaborasi dan koordinasi yang baik dan tulus dari seluruh stakeholder kunci, termasuk asosiasi profesi.
“Selain penyehatan lingkungan permukiman dan perumahan, keilmuan teknik lingkungan juga terkait dengan penanganan pencemaran udara, pengendalian dampak lingkungan, kesehatan masyarakat, serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Untuk itu, kehadiran dan keaktifan para ahli teknik lingkungan sangat diharapkan dan ditunggu aksinya untuk mewujudkan hunian cerdas Smart Living ,” kata Menteri Basuki, dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) Tahun 2022, Minggu (4/9/2022).
Pembangunan infrastruktur air minum, air limbah, dan persampahan saat ini sedang gencar dilakukan Pemerintah melalui Kementerian PUPR karena cakupan layanan yang masih rendah. Walaupun cakupan layanan air minum saat ini sudah mencapai sekitar 91%, namun cakupan layanan air minum aman melalui perpipaan baru mencapai 20,9%.
Demikian pula dengan sektor persampahan, pelayanan sudah mencapai 80,2% namun mengalami banyak permasalahan pada penanganan sumber sampah dan tempat pembuangan akhir. Pada sektor air limbah, penangan air limbah domestik dan industri juga memerlukan perhatian yang sangat serius.
“Untuk itu, Kementerian PUPR sangat mengharapkan inovasi dan unjuk nyata dari seluruh ahli teknik penyehatan dan lingkungan Indonesia untuk bersama-sama memberikan masukan dan rekomendasi dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur air minum dan sanitasi baik di perkotaan maupun perdesaan, termasuk didalamnya kawasan-kawasan strategis prioritas nasional,” ujar Menteri Basuki.
Menteri Basuki berharap IATPI dapat menjalankan perannya sebagai bagian dari agent of change pelayanan air minum dan sanitasi kota di Indonesia. Diharapkan juga IATPI dapat menjadi partner pemerintah dalam mencari solusi terkait kegiatan pembangunan kota-kota di Indonesia yang berwawasan smart, green, dan for all groups of community.
“Kementerian PUPR berkomitmen untuk bekerjasama dengan asosiasi profesi, termasuk IATPI untuk dapat terciptanya ahli-ahli teknik lingkungan yang kompeten, professional, dan berstandar dunia (world class) dalam mengisi kebutuhan tenaga ahli konstruksi mulai dari tingkat daerah hingga nasional,” tutup Menteri Basuki. (*)
Ilustrasi, salah satu sudut kawasan kumuh di perkotaan yang menjadi target program penataan kawasan kumuh KOTAKU Kementerian PUPR (Dok. Kementerian PUPR)