- Oleh Untung Sutomo
- Jumat, 20 Desember 2024 | 22:23 WIB
: I Wayan Sudana (berbaju batik) saat mendampingi anggota Pokdarwis Cakra Buana Desa Tri Rukun membuat produk souvenir. (Foto: istimewa)
Oleh MC PROV GORONTALO, Minggu, 22 September 2024 | 12:51 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 235
Kota Gorontalo, InfoPublik – Dalam upaya penguatan kapasitas masyarakat di desa wisata, sejumlah dosen Universitas Negeri Gorontalo melaksanakan pengabdian di Desa Tri Rukun, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo.
Kegiatan ini dibiayai dengan dana hibah pengabdian Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (DRTPM) Kemdikbudristek-Dikti tahun 2024
Ketua Tim Pengabdian, I Wayan Sudana, menjelaskan bahwa dalam pengabdian ini permasalahan prioritas yang disepakati bersama kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cakra Buana Desa Tri Rukun untuk diselesaikan melalui pengabdian Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diusulkan ini mencakup tiga aspek, yaitu aspek produksi, aspek manajemen pengelolaan usaha, dan aspek pemasaran.
“Permasalahan aspek produksi antara lain Pokdarwis Cakra Buana belum memiliki keterampilan membuat dan memproduksi beragam jenis souvenir yang unik, namun mereka memiliki keinginan besar untuk mengembangkan usaha souvenir guna mendukung eksistensi Desa Tri Rukun sebagai desa wisata,” tutur Wayan Sudana, Sabtu (21/9/2024).
Selain itu, dalam Pokdarwis ini belum tampak peluang limbah jenis kayu lokal sebagai bahan baku souvenir yang dapat diperoleh dengan mudah, belum memiliki kemampuan membuat formulasi bahan dan menerapkan teknik finishing souvenir dengan beragam corak dan warna yang khas dan belum memiliki keterampilan membuat kemasan.
Dalam aspek manajemen juga diketahui Pokdarwis belum menerapkan manajemen pengelolaan administrasi dan keuangan yang baik. Sedangkan pada permasalahan pemasaran, belum ada strategi dan media promosi dan pemasaran produk.
“Ketiga permasalahan tersebut dianggap sebagai persoalan inti yang menghambat kemampuan wirausaha Pokdarwis Cakra Buana, sehingga harus diselesaikan secara tuntas,” tutur Wayan Sudana.
Wayan Sudana yakin apabila ketiga masalah tersebut diselesaikan secara tuntas, maka mitra mereka akan menjadi wirausaha souvenir yang produktif, karena mampu berproduksi secara kontinu dengan produk-produk souvenir yang unik dan mampu mengelola usaha dengan manajemen yang profesional dan strategi pemasaran serta promosi yang tepat.
Keberhasilan Pokdarwis Cakra Buana mengembangkan usaha souvenir akan mendukung eksistensi Desa Tri Rukun sebagai desa wisata yang berkelanjutan, souvenir merupakan salah satu mata rantai penting dalam pengembangan industri pariwisata.
“Sesuai permasalahan yang dihadapi Pokdarwis Cakra Buana, tujuan utama PKM ini adalah meningkatkan keterampilan mitra dalam bidang produksi, manajemen usaha, dan pemasaran melalui pelatihan praktis (workshop) agar mampu mengembangkan usaha lebih profesional dan berkelanjutan. Kegiatan ini juga terkait dengan MBKM Program Membangun Desa dengan memperdayakan masyarakat mitra,” ujar Wayan Sudana.
Selain itu, pengabdian ini juga berkontribusi terhadap pencapaian IKU 2 yakni mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus, dan IKU 5 yaitu hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat.
Desa Tri Rukun merupakan wilayah transmigrasi yang dihuni tiga suku dan tiga agama yaitu, Suku Gorontalo (Islam), Suku Bali (Hindu), dan Suku Minahasa (Kristen). Ketiga suku itu hidup rukun sehingga suasana desa selalu aman.
Penduduk desa ini berjumlah 1.028 jiwa, yaitu Suku Bali 863 jiwa (84 persen), Suku Gorontalo 107 jiwa (10,5 persen), Suku Minahasa 56 jiwa (5,5 persen).
Suku Bali adalah yang terbanyak dan memiliki tempat persembahyangan unik, membentuk Desa Tri Rukun sebagai dewa wisata dengan konsep wisata religi seperti di Bali.
Pengembangan desa wisata ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa secara merata, termasuk program prioritas nasional sesuai kewenangan desa guna pencapaian Sustainable Development Goal (SDGs) desa.
Pengembangan desa wisata ini juga dipercaya mampu menggerakkan ekonomi pedesaan, mencegah urbanisasi, pelestarian alam dan budaya, yang berkontribusi meningkatkan diversifikasi daya tarik serta daya saing pariwisata Indonesia. (mcgorontaloprov)