- Oleh Wahyu Sudoyo
- Minggu, 24 November 2024 | 10:10 WIB
: Penyerahan Surat Tanda Registrasi (STR) oleh Kepala BSSN Hinsa Siburian | Foto : MC Pontianak
Oleh MC KOTA PONTIANAK, Kamis, 25 Juli 2024 | 09:52 WIB - Redaktur: Untung S - 196
Depok, InfoPublik – Pontianak menjadi salah satu dari 32 kabupaten dan kota di Indonesia yang meluncurkan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) atau Tim Tanggap Insiden Siber (TTIS) secara serentak. Acara peluncuran berlangsung di Aula dr. Roebiono Kertopati, Kantor Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di Sawangan, Depok, pada Rabu (24/7/2024).
Peluncuran CSIRT ditandai dengan penekanan tombol secara serentak oleh Kepala BSSN Hinsa Siburian, yang kemudian dilanjutkan dengan penyerahan Surat Tanda Registrasi (STR).
Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Zulkarnain, menjelaskan bahwa CSIRT adalah tim yang dibentuk untuk menangani masalah keamanan siber dengan cepat. Di Kota Pontianak, CSIRT sudah aktif memberikan layanan keamanan siber untuk individu ASN dan perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Pontianak.
“Pendirian CSIRT ini merupakan langkah penting dalam mengantisipasi dan menanggulangi ancaman keamanan siber yang dapat mengganggu stabilitas jaringan dan layanan publik di Kota Pontianak,” ujar Zulkarnain usai acara.
CSIRT Pontianak tidak hanya fokus pada perlindungan infrastruktur pemerintah, tetapi juga menyediakan layanan perlindungan bagi sektor swasta, termasuk perusahaan dan lembaga keuangan. Ini bertujuan memastikan bahwa semua entitas di kota tersebut memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan untuk melindungi diri dari serangan siber.
Langkah awal CSIRT Pontianak mencakup pemetaan risiko keamanan siber di seluruh sektor, baik pemerintah maupun swasta. Pemetaan ini diharapkan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi titik lemah yang bisa dieksploitasi oleh penyerang.
"Dengan kolaborasi yang kuat antara sektor publik dan pemangku kebijakan, kami yakin CSIRT Pontianak akan menjadi garda terdepan dalam melindungi infrastruktur teknologi informasi di kota ini dari serangan siber," ungkap Zulkarnain.
Selain respons terhadap insiden, CSIRT Pontianak juga fokus pada pencegahan. Mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha mengenai praktik keamanan siber yang baik serta memberikan pelatihan kepada personel IT di berbagai institusi untuk meningkatkan kemampuan deteksi dan tanggap terhadap ancaman siber. Zulkarnain berharap, CSIRT ini akan meningkatkan perlindungan bagi warga dan bisnis di Kota Pontianak dari ancaman siber di masa depan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menilai pentingnya penambahan talenta tim tanggap siber di Indonesia. Data Astra Security 2024 menunjukkan adanya 2.200 serangan siber global per hari, dengan Indonesia berada di peringkat ke-10 sebagai target serangan siber global.
“Tingginya ancaman siber menegaskan perlunya CSIRT yang dapat memberikan perlindungan dari ancaman pencurian data. Saya berharap peluncuran CSIRT ini akan mempercepat pembentukan tim tanggap insiden siber dan meningkatkan kesadaran internal tentang keamanan siber,” kata Menkominfo Budi Arie.
Ia menjelaskan bahwa ada lima kunci utama dalam CSIRT: identifikasi, proteksi, deteksi, respon, dan pemulihan. Namun, implementasi teknis sering menghadapi tantangan terkait keterbatasan sumber daya, baik anggaran maupun manusia.
Kepala BSSN RI, Hinsa Siburian, menambahkan bahwa perlindungan siber mencakup tiga lapis ruang: infrastruktur, ruang logika, dan ruang sosial. Saat terjadi serangan siber, outputnya sering kali berupa rekayasa informasi dan propaganda.
“Serangan siber yang baru-baru ini terjadi sering kali melibatkan penyanderaan data untuk meminta imbalan. Semakin maju teknologi, malware juga semakin canggih, sering kali mengembangkan diri lebih cepat dari sistem keamanan yang ada,” pungkas Hinsa. (kominfo/Gema Mahardhika)