- Oleh MC PROV GORONTALO
- Senin, 18 November 2024 | 23:36 WIB
:
Oleh MC PROV GORONTALO, Senin, 12 Februari 2024 | 21:31 WIB - Redaktur: Kusnadi - 161
Kabupaten Gorontalo, InfoPublik – Pengamatan dan penghitungan burung di Danau Limboto pada kegiatan sensus burung air Asia atau Asian Waterbird Cencus (AWC) 2024 merupakan pengalaman yang berkesan bagi pesertanya.
Seperti yang dirasakan Ikraeni Safitri SHut MHut Ketua Program Studi Konservasi Hutan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo.
“Kegiatan AWC 2024 ini bagus karena dapat ilmu baru dan dapat mengetahui beberapa jenis burung air,” kata Ikraeni Safitri, Senin (12/2/2024).
Ikraeni mengungkapkan saat mengamati burung-burung air di Danau Limboto ia merasakan ada pengalaman baru meskipun sering kali melihat burung. Pengalaman yang berkesan ini didapat karena peralatan yang digunakan untuk pengamatan ini dinilai sangat memadai.
Ia menggunakan teropong binokuler yang mudah disetting dengan pembesaran yang memungkinkan ia mengamati burung secara detail, seperti bentuk dan warna paruh, bulu, kaki, hingga gaya terbang.
“Memperhatikan perilaku burung di habitatnya sangat mengesankan, beda sekali dengan burung di dalam sangkar atau kendang. Ini pengalaman yang indah,” ujar Ikraeni.
Ikraeni berharap kegiatan pengamatan burung ke depannya bisa dikembangkan lagi terutama sampai di tahap pengolahan data hasil pengamatan.
Peserta Asian Waterbird Cencus 2024 lainnya adalah Ernikawati SHut MSi yang juga pengajar di Fakultas Kehutanan Universitas Gorontalo menyambut gembira kegiatan ini.
“Ini pertama kalinya saya ikut sensus burung air Asia. Saat pengamatan ada burung di kejauhan yang sulit diamati menggunakan teropong binokuler, perlu dibekali spotting scope seperti kelompok lainnya,” tutur Ernikawati.
Ernikawati mengaku ada beberapa jenis burung yang tidak dapat ia identifikasi karena alat yang digunakan belum maksimal. Namun demikian ia mengapresiasi tersedianya buku panduan lapangan untuk mengidentifikasi, formulir dan binokuler sudah lebih dari cukup.
“Kami berharap setiap ada kegiatan seperti ini Fakultas Kehutanan Universitas Gorontalo selalu dilibatkan,” ujar Ernikawati.
Ernikawati juga mengapresiasi pelaksanaan sensus burung air asia yang dilaksanakan Perkumpulan Biodoversitas Gorontalo (BIOTA) pada Minggu (11/2/2024) sebagai kegiatan yang berkualitas.
Pada sensus ini semua jenis burung air yang ditemui di alam liar dicatat populasinya, seperti jenis dari kelompok Kuntul, Cangak, Bangau, Kowak, Bebek, Ayam-ayaman, Pecuk, Pecuk Ular, Burung Pantai, Pelikan, Camar, Tikusan, Blekok, dan burung air lainnya.
Sensus ini menjadi salah satu perangkat bagi upaya konservasi burung air serta lahan basah sebagai habitatnya. Data dan informasi digunakan sebagai rujukan estimasi populasi burung air secara global maupun untuk keperluan pengelolaan di tingkat nasional/lokal, tidak kurang dari 5 juta km2. Status sejumlah 871 jenis burung air kemudian dikaji secara ilmiah untuk menentukan kegiatan pengelolaannya.
Di Indonesia data mengenai populasi digunakan sebagai acuan untuk pengelolaan beberapa Taman Nasional penting, penentuan lokasi penting untuk Konvensi Ramsar dan East Asian Australasian Flyway Partnership serta penentuan status jenis-jenis yang dilindungi.
Sejak tahun 1986 Wetlands International Indonesia/Yayasan Lahan Basah telah mengoordinasi pelaksanaan program Asian Waterbird Census (AWC) di seluruh Indonesia. Pada tahun 2024, kegiatan citizen science AWC Indonesia berkolaborasi dengan kegiatan Monitoring Burung Pantai Indonesia (MoBuPi) serta secara bersama-sama diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wetlands International Indonesia/Yayasan Lahan Basah, Yayasan Ekologi Satwa Alam Liar Indonesia, Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia, Burungnesia, dan Burung Laut Indonesia.
Sensus di Gorontalo dilaksanakan BIOTA yang berkolaborasi bersama Kelompok Studi Lingkungan Archipelago Universitas Negeri Gorontalo, KSK PWK Schediasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, dan Lembaga Pers Mahasiswa Akurat Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, Young Birdwatcher Gorontalo, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo dan Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Simpul Gorontalo, Harry Mimin Cottages, Fakultas Kehutanan Universitas Gorontalo, dan Program Studi Konservasi Hutan (Konstan) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo. (mcgorontaloprov/rls)