Alex Ajak Pengusaha Berinvestasi di Sumsel

:


Oleh MC Kota Palembang, Kamis, 4 Agustus 2016 | 13:58 WIB - Redaktur: Kusnadi - 359


Palembang, InfoPublik – Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengajak pengusaha menanamkan modalnya di provinsi ini.

“Tidak ada satu daerahpun yang bisa membangun hanya dengan APBD nya sendiri. Harus dengan investasi. Kami banyak maunya tetapi tenaga kurang, oleh karena itu menggunakan dana orang lain untuk membangun,” ujar Alex, di hadapan 30 investor yang menghadiri acara Region Investment Forum (RIF), di Ballroom Hotel Aryaduta Palembang, Selasa (26/7).

Acara itu bertajuk ‘Exploring Sumatra’s Regional Potential For Quality Investment”.
Menurut Alex Sumsel tidak hanya provinsi biasa tetapi provinsi terkemuka yang punya banyak keunggulan.

Selain sumber daya alam, keamanan di Sumsel terkendali. Begitu pula, banyak acara internasional digelar di provinsi ini. Daerah yang sudah bisa menyelenggarakan acara internasional, ujar Alex, berarti daerah itu kondusif. Di Sumsel, tidak pernah terjadi konflik antar etnis.

“Selain daerah yang kondusif, agar investor tertarik berinvestasi harus ada kepastian hukum. Kelemahan Sumsel saat ini adalah sumber daya manusia. Oleh karena itu kami programkan pendidikan dan kesehatan gratis,” kata Alex.

Ia melanjutkan, kesiapan Sumsel menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan RIF tahun ini menunjukkan Sumsel tujuan utama investasi yang siap memfasilitasi investor asing yang berminat menanamkan modal di Indonesia.

Ia mengungkapkan, agar nama provinsi Sumsel mendunia sekaligus dapat menarik investasi harus ada daya tarik tersendiri.

“Even olahraga internasional menjadi pilihan kita untuk memperkenalkan Sumsel. Jadi kita juga dapat membangun infrastruktur tingkat dunia dan itu berhasil karena kepala daerahnya komitmen serta keamanannya yang kondusif.”

Oleh karena itu, ujar Alex, Sumsel tidak membatasi jumlah investasi yang masuk. “Kalau bisa menarik investasi sebesar-besarnya dari seluruh dunia.”

Kepala BKPM, Franky Sibarani, mengatakan, pemerintah perlu mengubah paradigma dari pemberi izin menjadi penyedia investasi.

Dia juga mengatakan, potensi Sumatera sangatlah besar di bidang manufaktur dan pariwisata, didukung keunggulan lokasi yang dekat dengan jalur selat malaka.

“Sumsel memiliki pertumbuhan tertinggi di Sumatera sekitar 385% disusul Sumbar 177% dan Jambi 34%,” kata Franky.

***

Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, mengatakan, acara ini merupakan kegiatan diskusi tentang kebijakan investasi di Sumatera.

“Ini adalah kesempatan bagus bagi daerah karena hadir  investor dari Australia, Singapura, Korea, Jepang. Jumlahnya ada 30 investor yang khusus datang ke sini. Ini sangat bagus. Biasanya kita yang datang tetapi saat ini mereka datang ke sini. Jadi harus kita manfaatkan,” ujar Azhar.

Ia mengemukakan, saat ini perbandingan investasi antara Jawa dan luar Jawa, 55 persen Jawa dan 45 persen luar Jawa. Sumber daya alam ada di luar jawa maka infrastruktur akan dibangun di luar Jawa.

Azhar melanjutkan, pemerintah juga memberikan perlakuan khusus bagi penanam modal yang memilih Sumatera sebagai lokasi untuk berbisnis. Yakni dengan memberikan insentif pajak, bebas bea masuk, dan bebas bea impor untuk bahan-bahan yang akan digunakan memulai usaha.

Hal ini salah satunya diterapkan pada industri semen yakni jika membangun pabrik di luar Jawa akan diberikan insentif, namun tidak berlaku untuk sebaliknya.

“Dari rencana yang dibuat pemerintah ini, sudah terlihat betapa pemerintah menginginkan investasi itu tidak hanya berpusat di Jawa semata, tapi ke luar, mulai dari Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, hingga provinsi Nusa Tenggara,” kata Azhar.

Pemerintah melalui BKPM menargetkan realisasi investasi Sumatera tahun ini sebesar Rp 89,22 triliun atau menyumbang 15 persen target investasi nasional sejumlah Rp 594,8 triliun.

Sumatera dinilai merupakan kawasan potensional untuk industri pengolahan berbasis sumber daya alam, seperti hilirisasi hasil pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi Sumatera tahun 2015 tumbuh 19 persen menjadi Rp 84,4 triliun, sedangkan pada kuartal I/2016, investasi yang masuk senilai Rp 33 triliun, atau naik sebesar 63,9 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Di acara RIF tersebut, salah satu yang ditawarkan ke investor, yakni pemanfaatan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, sebagai kawasan industri pengolahan (hilirisasi) karena memiliki seluas 2.300 hektare. (  Yunani/Hidayatullah/Kus)