:
Oleh MC Kabupaten Sleman, Rabu, 4 Mei 2016 | 13:08 WIB - Redaktur: Kusnadi - 412
Sleman, InfoPublik - Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-13 dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-44 tingkat DIY dicanangkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Balai Desa Tamanmartani Kalasan, Selasa (3/5).
Hadir pada kesempatan tersebut antara lain GKR Hemas, Bupati Sleman Sri Purnomo, Wakajati Danlanal, Wakil ketua DPRD Sleman, Ketua TP PKK Kabupaten Sleman Hj Kustini Sri Purnomo.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan secara simbolis untuk kegiatan TMMD Sengkuyung senilai Rp 75 juta untuk Desa Margoagung Seyegan.
Bantuan kegiatan sertifikat wakaf untuk lembaga kesejahteraan sosial penyantun Yatim Piatu Mitra Amanah untuk Desa Girimulyo Panggang Gunung Kidul, dan pemberian Beasiswa Kartu Cerdas untuk siswa SMA se DIY senilai Rp21,093 miliar untuk 14.062 siswa masing-masing Rp1,5 juta.
Di samping itu juga penyerahan tropy lomba tim penggerak PKK DIY dengan kategori lomba tertib aadministrasi PKK dengan juara Kelurahan Wirogunan, Mergangsang Jogja.
Lomba PKDRT dengan juara Desa Caturtunggal Depok, Sleman, usaha peningkatan pendapatan keluarga PKK dengan juara Desa Jatimulyo Dlingo. Bantul, hatinya PKK dengan juara Desa Hargobinangun Pakem Sleman dan pemanfaatan hasil Toga dengan juara Desa Wukirharjo Prambanan, Sleman.
Selain itu juga diserahkan bantuan biaya pendidikan mahasiswa (beasiswa reguler) senilai Rp1,2 miliar, pemberian bantuan biaya pendidikan mahasiswa (beasiswa mahasiswa baru) senilai Rp150 juta, bantuan untuk rintisan PKBM unggulan tahun 2016 senilai Rp78 juta.
Serta bantuan fasilitasi pembentukan model pemberdayaan Gizi, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular untuk kelompok masyarakat dan bantuan pencegahan daan pengendalian penyakit tidak menular untuk kelompok bimbingaan Haji.
Sultan menyampaikan bahwa Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong selama satu bulan penuh pada Bulan Mei ini, diharapkan menjadi titik ungkit bagi seluruh desa maupun kelurahan seluruh wilayah DIY, untuk menemukan kembali semangat gotong royong sebagai aktifitas yang nyata sekaligus menyatu.
Dengan dukungan semua elemen masyarakat desa, termasuk lembaga kemasyarakatan desa dalam “hanyengkuyung luhuring tatacara-pranatan” kehidupan yang selaras dengan alam semesta dan keharmonisan sesama manusia.
Saat ini, pemerintah sedang mencari identitas baru atas pilihan pembangunan ekonomi, yang diinspirasi dari tiga poin penting nawacita, yakni membangun dari pinggiran, peningkatan produktifitas rakyat, dan kemandirian ekonomi.
Istilah “pinggiran” merupakan frasa populer untuk membenturkan dengan wilayah pusat dengan wilayah perdesaan. Desa diposisikan sebagai pusat arena pembangunan, bukan lagi semata lokus keberadaan sumberdaya yang dengan mudah dieksplotasi oleh wilayah lain, seperti kota untuk beragam kepentingan.
Perhatian ke wilayah desa menjadi semakin luar biasa, begitu terbitnya Undang-undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. "Desa digelontor dana desa, untuk digunakan membangun wilayahnya secara berkelanjutan, diatas tiga pilar," kata Sultan.
Ketiga pilar itu antara lain pertama, mengarusutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti pembangunan sehingga mereka menjadi subyek-berdaulat atas pilihan-pilihan yang diambil. Kedua, mendorong geliat ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan partisipan gerakan.
Ketiga, mempromosikan pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
Sementara Sri Purnomo menyampaikan bahwa pemanfaatan dana desa tentu saja akan menjadi lebih optimal bila melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Untuk itu Sri Purnomo mengajak masyarakat, lembaga kemasyarakatan serta seluruh elemen masyarakat untuk dapat menjadi mitra pemerintah desa dalam melaksanakan pembangunan didesa. Lebih lanjut disampaikan bahwa gotong royong merupakan salah satu jati diri dan merupakan kearifan lokal masyarakat kita.
Gotong royong menjadi modal sosial yang sudah sejak dahulu memberikan kontribusi dalam kehidupan masyarakat. "Masyarakat secara bahu-membahu menyelesaikan berbagai hal dengan bergotong royong sehingga gotong royong menjadi kekuatan pembangunan," kata Sri Purnomo.
Gotong royong tidak hanya sebatas sebagai slogan namun harus kita wujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mempertahankan semangat gotong royong memang tidak mudah ditengah kehidupan masyarakat yang semakin kompetitif dan cenderung semakin individualistis.(***/Mc Kab. Sleman/Kus)