- Oleh Putri
- Jumat, 15 November 2024 | 05:37 WIB
: Foto: Kemenkes
Jakarta, InfoPublik – Memasuki musim hujan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, kewaspadaan terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit yang sering muncul pada musim hujan, menjadi sangat penting. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Yudhi Pramono, mengungkapkan bahwa Kemenkes telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) akibat dengue, yang sering terjadi terutama di musim hujan.
Salah satu langkah yang dilakukan Kemenkes adalah mengupayakan budaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Program ini bertujuan untuk mencegah perkembangan nyamuk, khususnya jentik nyamuk, yang sering ditemukan di tempat-tempat yang biasanya menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD.
“Gerakan ini juga mengandung pesan penting bahwa pencegahan dan pengendalian dengue harus dimulai dari rumah. Pada tahun 2024, wilayah yang terjangkit DBD mengalami perluasan hingga mencapai 482 kabupaten/kota,” ujar Yudhi saat temu media secara daring pada Kamis (14/11/2024).
Peningkatan Kejadian DBD
Yudhi juga mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, siklus tahunan penyakit ini semakin pendek. Jika dulu siklus DBD terjadi setiap 10 tahun, kini penyakit ini dapat muncul dalam siklus yang lebih singkat, yaitu setiap tiga tahun atau bahkan kurang.
Sejak awal tahun 2024, peningkatan kasus DBD dan angka kematian yang dilaporkan tidak hanya terjadi di daerah endemis, tetapi juga di daerah-daerah yang sebelumnya bebas dari penyakit ini. Yudhi menambahkan bahwa fenomena El Niño dan perubahan iklim turut memengaruhi peningkatan risiko penularan dengue.
“Untuk kawasan ASEAN, telah dilaporkan sekitar 219 ribu kasus dengan 774 kematian. Indonesia sendiri merupakan penyumbang terbesar dari jumlah kasus dengue tersebut,” jelas Yudhi.
Di Indonesia, DBD merupakan masalah kesehatan yang serius karena prevalensinya yang tinggi dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Pada tahun 2023, Indonesia tercatat mengalami 114.720 kasus DBD dengan 894 kematian.
Hingga minggu ke-43 tahun 2024, jumlah kasus DBD tercatat mencapai 210.644 dengan 1.239 kematian di 259 kabupaten/kota yang tersebar di 32 provinsi. Jumlah suspek dengue yang dilaporkan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) hingga minggu ke-43 telah mencapai 624.194 orang.
Yudhi menekankan bahwa pengendalian DBD harus dilakukan secara intensif dan melibatkan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik dan pemberantasan sarang nyamuk, diharapkan penyebaran dengue dapat ditekan, serta angka kematian akibat DBD dapat diminimalkan.