- Oleh Fatkhurrohim
- Kamis, 26 Desember 2024 | 07:50 WIB
: Foto: Kemenkes
Jakarta, InfoPublik – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ina Agustina, mengungkapkan bahwa tren Demam Berdarah Dengue (DBD) selama empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan dalam Incidence Rate (IR).
Namun, di sisi lain, Case Fatality Rate (CFR) atau tingkat kematian akibat dengue justru mengalami penurunan.
"Kasus DBD memang cenderung meningkat, tetapi tingkat kematian dibandingkan jumlah kasusnya mengalami penurunan," ujar Ina dalam temu media yang berlangsung pada Kamis (14/11/2024).
Ina menambahkan bahwa Kemenkes telah merumuskan strategi nasional penanggulangan dengue yang berlaku dari 2021 hingga 2025. Strategi tersebut terdiri dari enam pilar utama:
“Berbagai upaya penanggulangan dengue telah kami lakukan. Intervensi ini tidak hanya berfokus pada lingkungan dan vektor nyamuk, tetapi juga pada manusianya,” jelas Ina.
Kemenkes juga telah memperkenalkan berbagai inovasi berbasis bukti untuk mempercepat eliminasi dengue di Indonesia. Salah satunya adalah teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia. Teknologi ini digunakan sebagai pelengkap strategi penanggulangan dengue dan telah terbukti menurunkan insiden infeksi dengue hingga 77,1 persen serta mengurangi angka rawat inap sebesar 82,6 persen.
Selain teknologi Wolbachia, vaksin dengue juga menjadi intervensi penting. Dua vaksin dengue telah memperoleh izin edar dari Badan POM RI, yaitu Vaksin DENGVAXIA yang diproduksi oleh Sanofi Pasteur dan Vaksin QDENGA yang diproduksi oleh Takeda. Kedua vaksin ini diharapkan dapat membantu mengurangi penyebaran dengue secara efektif di masyarakat.
Kemenkes terus mendorong inovasi dan intervensi berbasis bukti sebagai langkah komprehensif untuk mengatasi peningkatan kasus DBD, sekaligus menurunkan tingkat kematian. Dengan pendekatan yang terintegrasi ini, diharapkan Indonesia dapat mengendalikan dan mengurangi dampak dengue secara signifikan.