- Oleh Untung Sutomo
- Senin, 11 November 2024 | 13:27 WIB
: Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, dalam simposium internasional Gateways Study Visit Indonesia 2024 (Foto: Dok Kemendikbudristek)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Jumat, 4 Oktober 2024 | 18:12 WIB - Redaktur: Untung S - 220
Jakarta, InfoPublik – Di era digital saat ini, teknologi berperan penting dalam mendukung transformasi sistem pendidikan Indonesia. Selama lima tahun terakhir, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama berbagai pemangku kepentingan telah berhasil meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, bahkan melebihi target awal, khususnya dalam pemanfaatan teknologi.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, dalam simposium internasional Gateways Study Visit Indonesia 2024 yang berlangsung di Bali, Kamis (3/10/2024).
"Teknologi diperlukan untuk melakukan perubahan dalam skala besar di sektor pendidikan. Dari apa yang Indonesia lakukan selama ini, kuncinya adalah menempatkan teknologi sebagai bagian dari intervensi, bukan produk akhir. Untuk mendorong transformasi pendidikan, diperlukan kolaborasi berkelanjutan yang inovatif dan akuntabel," ujar Suharti.
Kemendikbudristek bekerja sama dengan mitra teknologi untuk mengembangkan solusi yang tepat bagi para aktor pendidikan. Dua langkah awal dalam mensinergikan kebijakan dan teknologi adalah dengan menetapkan tujuan bersama yang jelas dan kuat. Hal ini memungkinkan mitra teknologi untuk berinovasi dan mengembangkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya, kolaborasi dengan pemerintah daerah, mitra industri, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan komunitas juga sangat penting dalam memecahkan akar masalah di sektor pendidikan.
Poin-poin penting ini menjadi bahan diskusi dalam sesi World Cafe, di mana delegasi dari 20 negara dan 9 organisasi internasional turut berbagi pandangan tentang pengelolaan teknologi, kolaborasi, dan kepemimpinan dalam transformasi pendidikan. Delegasi dari Finlandia dan Singapura menekankan pentingnya kesamaan misi dalam mendukung kolaborasi lintas negara.
Dalam sesi Lesson Learned Gateways Study Visit Indonesia 2024, Claudia Wang, Partner dan Education Lead Oliver Wyman Asia Pasifik, menyebutkan bahwa Indonesia telah menggunakan pendekatan berbasis teknologi yang unik dalam menghadapi tantangan pendidikan. Dengan berbagai intervensi yang dilakukan, Indonesia mampu mengidentifikasi akar masalah, menentukan aktor pendorong transformasi, dan merancang keberlanjutan dengan teknologi yang tepat. Pendekatan ini mendasari pengembangan ekosistem pendidikan berbasis teknologi, seperti Platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, ARKAS, dan SIPLah.
"Transformasi pendidikan tidak hanya tentang reformasi kurikulum, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem yang mendukung dampak positif secara luas. Biasanya butuh bertahun-tahun untuk mencapai hal ini, namun Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan," kata Claudia.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, dalam refleksinya menyebut bahwa transformasi pendidikan adalah proses yang kompleks dan membutuhkan perubahan pola pikir para pemangku kepentingan. Meskipun hasil positif terlihat dari peningkatan literasi dan numerasi Indonesia dengan Kurikulum Merdeka yang mencapai skor 7,15, tantangan tetap ada dalam mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan.
"Apa yang kita lakukan ini seperti perjalanan panjang menuju satu tujuan. Meski kadang harus memutar arah, selama kita tetap berada di jalur yang benar, itu sudah merupakan bagian dari kemajuan," ujar Nino.
Simposium ini juga mendapat apresiasi dari Gateways Lead UNESCO, Mark West, yang memuji penyelenggaraan acara yang substansial, interaktif, dan menarik. Sementara itu, Gateways Lead UNICEF, Frank van Cappelle, menekankan bahwa transformasi pendidikan adalah proses yang terus berjalan dan tidak akan pernah selesai.
"Apa yang kita pelajari bersama saat ini, harus menjadi pelajaran untuk transformasi pendidikan digital di masa depan," tutup Frank.