- Oleh Untung Sutomo
- Sabtu, 23 November 2024 | 09:26 WIB
: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Alor, telah melaksanakan program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) (Foto: Dok Kemendikbudristek)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Selasa, 17 September 2024 | 15:49 WIB - Redaktur: Untung S - 258
Jakarta, InfoPublik – Dalam upaya menginventarisasi dan mendokumentasikan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) di Kabupaten Alor, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Alor, telah melaksanakan program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melalui program SLKL, sebanyak 10 OPK tercatat keberadaannya dan telah melalui tahap kurasi. Hasil temukenali mencatat total 582 data terkait OPK di Kabupaten Alor, mencakup berbagai aspek kebudayaan, seperti manuskrip sejarah, tradisi lisan, pengetahuan tradisional, pangan lokal, permainan tradisional, teknologi tradisional, dan bahasa. Berdasarkan hasil program, pangan lokal disimpulkan sebagai identitas dan budaya masyarakat Kabupaten Alor.
Dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik pada Selasa (17/9/2024), Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan peranan penting kebudayaan dalam mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan. "Pangan lokal bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan, tetapi juga identitas dan kebanggaan. Dengan memahami dan memanfaatkan bahan pangan lokal, kita memperkuat kedaulatan pangan kita," ujar Hilmar.
Rangkaian program itu juga menyelenggarakan diskusi terpumpun yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk orang tua, perangkat sekolah, perangkat desa, dan para ahli pangan. Diskusi itu bertujuan mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan lokal serta mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan pengolahan pangan lokal.
Dalam sesi yang dipandu oleh fasilitator dari Komunitas Finbargo, yang fokus pada isu pangan sehat di NTT, peserta diajak memahami pentingnya mengonsumsi pangan lokal. Mereka juga diperkenalkan modul berisi informasi tentang kebutuhan konsumsi keluarga, menu sehat, serta keragaman bahan pangan lokal.
Program SLKL juga menyasar generasi muda, terutama siswa-siswi sekolah dasar. Siswa kelas 5 dan 6 dari SDN Hombol di Kabupaten Alor diperkenalkan pada makanan sehat berbasis pangan lokal melalui kegiatan makan sehat. Kegiatan ini dihadiri oleh Pj Gubernur Nusa Tenggara Timur, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, serta Pj Bupati Alor dan kepala dinas terkait.
Para siswa mengikuti makan bersama dengan berbagai sajian makanan lokal, diharapkan dapat membangkitkan kebanggaan mereka terhadap kekayaan pangan lokal. Penting bagi generasi muda untuk memahami bahwa kedaulatan pangan tidak hanya soal produksi dan konsumsi, tetapi juga menjaga identitas.
“Ketika mereka bangga dengan kekayaan pangan lokal dan mampu memanfaatkannya dengan bijak, kita tidak hanya menjaga ekosistem, tetapi juga membangun kemandirian yang berkelanjutan untuk masa depan,” tutup Hilmar.