- Oleh Fatkhurrohim
- Selasa, 26 November 2024 | 22:49 WIB
: Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf, Syaifullah, dalam acara mengenang warisan karya-karya Mas Yos, mengawali dengan Diskusi Kelompok Terpumpun atau Focus Group Discussion (Foto: Dok Kemenparekraf)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Kamis, 22 Agustus 2024 | 10:22 WIB - Redaktur: Untung S - 277
Jakarta, InfoPublik - Tata kelola dalam sektor ekonomi kreatif, khususnya subsektor musik, perlu dikembangkan lebih lanjut untuk melindungi karya-karya para seniman musik Indonesia. Industri musik seharusnya memberikan manfaat maksimal bagi para pelaku kreatifnya, dengan hak-hak mereka yang harus dilindungi secara optimal.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf, Syaifullah, dalam acara mengenang warisan karya-karya Mas Yos yang diawali dengan Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus Group Discussion/FGD) pada Rabu (21/8/2024).
Syaifullah menambahkan bahwa perkembangan industri musik yang pesat membuka celah munculnya berbagai masalah yang bisa merugikan para seniman musik, seperti pembajakan dan rendahnya nilai ekonomi dari subsektor ini. Terlebih lagi, dengan perkembangan teknologi, masyarakat kini dapat dengan mudah membuat musik menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), sehingga aturan tentang hak kekayaan intelektual untuk subsektor musik sudah saatnya dihadirkan guna membangun ekosistem industri musik yang lebih kuat.
"Insya Allah kita akan membuat profil industri musik tahun depan, bekerja sama dengan para pemangku kepentingan termasuk musisi dan kementerian/lembaga terkait. Ini penting mengingat perubahan musik yang sangat cepat," ujar Syaifullah.
Ia juga menekankan bahwa masa depan industri musik dan radio di Indonesia sangat bergantung pada bagaimana para pelaku industri beradaptasi dengan disrupsi teknologi. Tantangan terbesar adalah mempertahankan relevansi di tengah perubahan pola konsumsi dan persaingan dengan platform digital yang semakin dominan.
"Radio, misalnya, harus menemukan cara untuk tetap relevan di era di mana informasi dan hiburan dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Sementara itu, industri musik perlu terus berinovasi dalam hal tata kelola, distribusi, promosi, dan manajemen artis untuk bertahan dan berkembang di era digital," lanjut Syaifullah.
Elshinta Suyoso, Ketua Panitia ‘A Tribute to Mas Yos’, menuturkan bahwa industri musik rekaman dan radio di Indonesia telah melalui perjalanan panjang yang penuh inovasi, tantangan, dan disrupsi teknologi. "Peran Mas Yos dalam membangun dan mengembangkan industri ini menjadi fondasi bagi banyak perkembangan yang terjadi dalam industri musik, rekaman, dan radio di Indonesia," ujar Elshinta, puteri dari The Singing Commodore.
Diskusi ini diadakan untuk membahas perubahan mendasar dalam tata kelola manajemen industri musik rekaman dan radio, serta bagaimana perubahan ini telah membentuk lanskap industri hiburan di Indonesia dari masa ke masa.
Industri musik yang dulunya didominasi oleh rekaman fisik seperti piringan hitam, kaset, dan CD, kini beralih ke format digital dan streaming. Perubahan ini mengubah model bisnis industri musik secara keseluruhan, termasuk bagaimana artis, label rekaman, dan distributor musik beradaptasi dengan transformasi ini.
Stanley Tulung, seorang pengamat musik, menambahkan bahwa Mas Yos memainkan peran kunci dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris berbagai genre musik di Indonesia. Ia juga dikenal sebagai pendiri Radio Elshinta dan Radio Suara Irama Indah, dua stasiun radio swasta pertama yang berhasil menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya dalam penyebaran musik dan informasi.
Penyiar legendaris Elshinta, Tuning Sukobagyo, menceritakan pengalamannya bertemu dengan Mas Yos untuk pertama kalinya. "Pertemuan pertama dengan seseorang sering kali meninggalkan kesan yang mendalam. Begitu pula ketika saya pertama kali bertemu dengan Mas Yos. Dari sosoknya terpancar kehangatan dan keramahan yang membuat siapapun merasa nyaman," kenang Tuning.
Elshinta Suyoso mengharapkan bahwa pembahasan ini tidak hanya mencakup sejarah, tetapi juga dampak disrupsi teknologi terhadap keberlanjutan industri musik di era digital. Tujuannya adalah untuk menggali lebih dalam tentang proses perjuangan, tantangan, hingga masa depan industri ini di Indonesia.
“Dengan mengulas peran pionir seperti Mas Yos dan dampak disrupsi teknologi, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana industri ini dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Melalui diskusi ini, kita dapat belajar dari masa lalu, memahami tantangan saat ini, dan merancang strategi masa depan untuk industri musik rekaman dan radio di Indonesia,” jelas Elshinta.
FGD ini diselenggarakan atas kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Panitia Pelaksana Mengenang Mas Yos melalui peluncuran buku dan pameran bertajuk "Panggil Saya Mas Yos". Pada kesempatan itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mengajukan usulan untuk menganugerahkan gelar kepada Mas Yos sebagai Bapak Rekaman dan Radio - Ekonomi Kreatif Musik Rekaman dan Radio di Indonesia.