- Oleh Putri
- Sabtu, 2 November 2024 | 06:19 WIB
: Implementasi Program Kurikulum Merdeka (Foto: Dok Kemendikbudristek)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Jumat, 16 Agustus 2024 | 17:41 WIB - Redaktur: Untung S - 318
Jakarta, InfoPublik – Implementasi Kurikulum Merdeka telah membawa angin segar bagi warga satuan pendidikan di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Dengan konsep fleksibilitas dan keberpihakan pada murid, Kurikulum Merdeka memungkinkan siswa untuk belajar dalam suasana yang lebih menyenangkan dan ceria.
Tidak lagi terpaku pada buku teks dan pembelajaran satu arah, Kurikulum Merdeka mengajak guru dan murid untuk menjadi subjek dalam proses pembelajaran, menciptakan interaksi dua arah yang lebih dinamis. Melalui pendekatan ini, siswa dapat belajar sambil bermain, namun tetap mendapatkan materi dan ilmu yang berkualitas dan bermakna.
Pengalaman itu dirasakan oleh Siti Aisah, seorang siswa kelas 12 di SMA Negeri 1 Long Iram, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Dalam karyanya di "Potret Cerita Kurikulum Merdeka 2024," Siti menceritakan keseruan belajar dengan Kurikulum Merdeka, di mana ia dan teman-temannya diajak untuk membuat peta konsep pembelajaran yang mengombinasikan permainan atraktif, pengetahuan tradisional, dan teknologi digital.
Dalam pembelajaran sejarah yang diampu oleh Aditya Ajeng Swastama, Siti dan teman-temannya diminta membuat presentasi menggunakan media Canva. Siti merasa bahwa penggunaan Canva ini sangat unik dan menyenangkan, sekaligus meningkatkan kreativitas mereka. Setelah membuat presentasi, guru mereka mengajak siswa untuk bermain bola estafet sambil menyanyikan lagu daerah, Ampar-Ampar Pisang. Siswa yang memegang bola ketika lagu berhenti, akan mempresentasikan hasil karyanya.
Menurut Siti, metode pembelajaran seperti ini membuatnya semakin terpacu untuk belajar tanpa rasa takut, dan materi yang disampaikan menjadi lebih mudah dicerna. “Yang menarik dari Kurikulum Merdeka, kami dibebaskan untuk berkreasi. Kami bisa terjun langsung melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kami juga mendapat kesempatan untuk belajar langsung tentang demokrasi melalui pemilu Ketua OSIS serta bidang bisnis seperti bazar makanan dan kerajinan rajut,” ungkap Siti, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Jumat(16/8/2024).
Mendorong Pengembangan Minat dan Bakat Siswa
Siti bukan satu-satunya yang merasakan dampak positif dari Kurikulum Merdeka. Ryan Jefferson Ho, siswa kelas 12 SMA Negeri 1 Balikpapan, juga menceritakan pengalamannya melalui karya "Potret Cerita 2024." Ryan menjelaskan bahwa sekolahnya telah menyediakan wadah untuk berkreasi dan berkembang, baik dalam bidang pendidikan, kebudayaan, seni, olahraga, maupun kepemimpinan dan pengembangan diri.
"Dulu saya adalah murid yang cukup tertutup dan pemalu, tetapi melalui wadah pengembangan diri, saya mulai belajar public speaking dan semakin percaya diri," ujar Ryan.
Ryan mengakui bahwa guru-guru di sekolahnya selalu mendukung potensi dan minat para siswa. Ia merasa bahwa kebutuhan siswa sangat diperhatikan dan diprioritaskan, hingga tampak seperti tidak ada jarak antara siswa dan guru. “Dalam belajar dan mewujudkan cita-cita, aku tidak pernah merasa sendiri. Implementasi Kurikulum Merdeka yang tepat memberikan dampak luar biasa bagiku, dan aku merasa memiliki tempat yang tepat untuk mengembangkan potensiku,” tambah Ryan.
Kurikulum Merdeka: Fokus pada Kebutuhan dan Potensi Siswa
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka benar-benar menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Kebutuhan dan potensi siswa menjadi fokus utama, sementara fleksibilitas diberikan kepada sekolah dan guru untuk berinovasi serta menyesuaikan materi dengan kemampuan siswa.
“Fleksibilitas ini memungkinkan guru untuk menyesuaikan materi dengan kemampuan awal muridnya, memastikan bahwa pembelajaran memiliki level tantangan yang tepat untuk mendorong siswa belajar,” kata Iwan.
Selain itu, Iwan menegaskan bahwa penguatan karakter siswa melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menjadi bagian penting dari penerapan Kurikulum Merdeka, karena karakter tidak bisa dikembangkan hanya melalui pelajaran akademik di kelas.
“Penerapan Kurikulum Merdeka yang baik adalah proses belajar untuk mengubah cara pandang dan praktik pembelajaran, dari sekadar menyelesaikan materi di kurikulum, menjadi pembelajaran yang lebih berorientasi pada siswa. Pengalaman Ryan dan Siti membuktikan bahwa Kurikulum Merdeka telah mewujudkan mimpi-mimpi siswa menuju sekolah yang mereka cita-citakan,” terang Iwan.