- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Senin, 4 November 2024 | 15:29 WIB
: Peringatan Hari Kebaya Nasional yang digelar di Istora Senayan Jakarta, pada Rabu, 24 Juli 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 24 Juli 2024 | 13:55 WIB - Redaktur: Untung S - 509
Jakarta, InfoPublik – Peringatan Hari Kebaya Nasional yang diselenggarakan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) berhasil mencetak rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk Pementasan dan Penyelenggaraan Upacara Hari Kebaya Nasional Pertama, dihadiri oleh 9.250 perempuan berkebaya.
“Dengan ini kami berkahkan piagam penghargaan Museum Rekor Indonesia dianugerahkan atas rekor pementasan dan penyelenggaraan upacara Hari Kebaya Nasional pertama di dunia, 9.250 perempuan berkebaya dianugerahkan kepada Kowani,” ucap Pendiri MURI Jaya Suprana dalam acara Peringatan Hari Kebaya Nasional 2024 di Istora Senayan, Jakarta pada Rabu (24/7/2024).
Acara itu dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Jokowi, menarik perhatian ribuan perempuan di Indonesia untuk hadir langsung ke Istora Senayan Jakarta.
Dalam acara tersebut, Ibu Iriana Jokowi juga menerima penghargaan Ibu Bangsa yang diberikan langsung oleh Kowani atas keterlibatannya dalam kampanye mendukung pemberdayaan perempuan dan peningkatan kualitas hidup wanita di Indonesia.
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo, menyampaikan bahwa kegiatan itu merupakan langkah bersejarah bagi perempuan Indonesia setelah Presiden Jokowi menandatangani Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 19 Tahun 2023.
"Kita bertemu di sini dalam rangka puncak acara Hari Kebaya Nasional yang pertama. Ini merupakan sejarah yang memorable dan merupakan Hari Kebaya Nasional yang pertama," ucap Giwo.
Menurut Giwo, kebaya bukan hanya sebuah pakaian, namun telah lama menjadi simbol perjuangan perempuan Indonesia serta warisan budaya yang terus berkembang dari masa ke masa.
“Kehadiran para perempuan di sini membuktikan bahwa kebaya bukanlah hanya sebuah pakaian, melainkan sebagai warisan budaya yang hidup dan terus berkembang dalam jiwa setiap generasi. Kebaya juga menjadi simbol perjuangan kesetaraan dan kemandirian perempuan di Indonesia. Dengan mengenakan kebaya, kita juga berperan sebagai agen perubahan ekonomi,” tambah Giwo.
Salah satu pengunjung yang hadir dalam acara Hari Kebaya Nasional, Iswi, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini karena turut melestarikan warisan budaya sehingga tidak punah oleh zaman.
“Saya berharap perempuan Indonesia, khususnya yang muda-muda, sadar bahwa kita punya kebaya sebagai warisan budaya kita sehingga mereka akan terus melestarikannya agar tidak punah,” ujar Iswi.
Pengunjung lain yang tergabung dalam Ikatan Wanita Bugis Indonesia, Lusi Salim, menyebut kegiatan ini perlu diadakan secara rutin dengan menarik atensi masyarakat yang lebih luas setiap tahunnya.
“Ini harus terus dilakukan setiap tahunnya, karena ini untuk menjadi tradisi dari nenek moyang kita. Semakin banyak orang yang sadar, maka semakin baik,” sebut Lusi.
Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Lestari Moerdijat, Dewan Pertimbangan Presiden Putri Kuswisnuwardhani, Anggota OASE Kabinet Indonesia Maju Ida Pratikno, Dewan Penasehat Kowani Linda Agum Gumelar, dan Dewi Motik Pramono.