:
Oleh G. Suranto, Kamis, 29 Desember 2022 | 07:25 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 376
Jakarta, InfoPublik – Sistem Peringatan Dini (early warning system) menjadi bagian penting dari mekanisme kesiapsiagaan masyarakat. Ini menjadi faktor kunci yang menghubungkan antara tahap kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
Demikian dikatakan Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Satiadi pada acara Program Talkshow Bincang Sains Kawasan Bandung Garut (Bisaan Bangga) edisi 11 yang dipantau secara daring melalui instagram di Jakarta, Rabu (28/12/2022).
Secara teoritis, katanya, bila peringatan dini disampaikan tepat waktu, maka suatu peristiwa yang berpotensi menimbulkan bencana dapat diperkecil dampak negatifnya.
Sistem peringatan dini ini dilakukan untuk mengurangi resiko bencana. Kegiatan salah satu contohnya adalah menghindari daerah-daerah yang rawan bencana apabila memungkinkan.
“Mencegah ini kadang bisa dilakukan kadang tidak. Seperti kejadian hujan ekstrim misalnya. Maka yang dilakukan adalah kita mencoba mengendalikannya, airnya yang tumpah, kita alirkan melalui banjir kanal, membuka pintu air membuat kolam, dan sebagainya. Ketiga yang terakhir adalah kita mencoba mengurangi dampak dari bencana tersebut," terang Didi
Terkait penyebab cuaca semakin ekstrim, Didi menyatakan adalah sesuatu yang alami dan 5% dari kejadian itu tidak bisa dihindarkan.
Namun selain yang alami itu, ada juga yang disebabkan karena perbuatan manusia. “Nah ini tentunya yang pertama itu yang kita kenal pemanasan global akibat pembakaran fosil berlebih menyebabkan perubahan iklim," ujarnya.
Perubahan iklim itu pada dasarnya meningkat yang disebut dengan siklus hidrologi. Ia mengatakan jika siklus hidrologi biasanya diggambarkannya sebagai motor.
"Motor itu rodanya berputar oleh mesinnya. Kalau mesinnya digas rodanya berputar lebih cepat. Jadi mesinnya cuaca ini adalah dari matahari, pemanasan. Kalau pemanasannya ini bertambah karena gas rumah kaca tadi maka sisi hidrologi seperti rantai tadi akan berputar lebih cepat, karena hidrologi lebih cepat artinya lebih cepat terjadi penguapan dan lebih inten, lebih deras hujannya. Jadi lebih basah, jadi lebih kering, jadi intensifikasi dari hidrologi ini menuju pada ekstrim yang lebih tinggi. Jadi makin basah makin kering, sehingga kejadian ekstrim ini cenderung bertambah, baik itu frekuensinya maupun intensitasnya,” paparnya.
Selain itu, juga kondisi terhadap lingkungan, yaitu pertambahan populasi yang mengubah tata guna lahan di perkotaan, sehngga kondisi lingkungan menurun.
“Untuk melambatkannya, kalau kita sudah tahu penyebabnya, kita berupaya untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca yang masuk dalam atmosfer. Misalnya yang dilakukan dengan menanam pohon. Seperti juga penggunaan energi yang berbasis fosil. Dengan energi terbarukan seperti dari matahari, kemudian dari gelombang, angin dari bendungan, ini semua sangat potensi bisa menggantikan enegi dari fosil tersebut, termasuk juga elektriksasi mobil listrik, itu tentunya sangat efektif," ujarnya.
Sumber Foto: InfoPublik