- Oleh Fatkhurrohim
- Selasa, 5 November 2024 | 05:47 WIB
: Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Ses Ditjen Strategi Pertahanan (Strahan), Immer Hotma Partogi Butarbutar, memilih Banten Dipersiapkan Kemhan untuk Latihan Gabungan Tingkatkan Respons Kesehatan, Bencana, dan Keamanan Siber, Jakarta, Selasa (5/11/2024). Foto. Humas Kemhan RI.
Oleh Fatkhurrohim, Rabu, 6 November 2024 | 12:23 WIB - Redaktur: Untung S - 140
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (Strahan), Immer Hotma Partogi Butarbutar, membuka Pertemuan Perencanaan Awal (Preliminary Planning Meeting/PPM) untuk Combined Field Training Exercise (FTX) ADMM-Plus Experts’ Working Group on Military Medicine, Humanitarian Assistance and Disaster Relief (HADR), serta Cyber Security di Jakarta.
Dalam keterangannya pada Selasa (5/11/2024), Dirjen Strahan Kemhan, Immer Hotma Partogi Butarbutar, menjelaskan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk merumuskan dasar-dasar perencanaan latihan gabungan yang dijadwalkan akan dilaksanakan di Banten, Indonesia, pada September 2026 mendatang.
Latihan ini akan menjadi puncak dari rangkaian kerja sama dan perencanaan strategis yang melibatkan keahlian lintas sektor, yaitu kedokteran militer, bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana (HADR), serta keamanan siber.
“Pertemuan ini bukan sekadar formalitas, tetapi memiliki arti yang sangat penting dalam merumuskan kerangka kerja strategis dan operasional untuk kesiapsiagaan regional kita. Latihan ini akan menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan interoperabilitas antar negara peserta serta kesiapan kita dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks,” ujar Kasan.
Banten dipilih sebagai lokasi latihan karena memiliki lingkungan yang beragam dan strategis, ideal untuk pengembangan keterampilan personel dalam simulasi lapangan serta komponen siber.
Dalam latihan gabungan itu, peserta akan diuji untuk menghadapi skenario yang melibatkan ancaman bencana alam, yang diperburuk oleh serangan siber. Skenario ini dirancang untuk menguji respons tim medis, koordinasi logistik, serta perlindungan dan pertahanan siber dalam situasi darurat.
Latihan pada 2026 akan mencakup berbagai aspek, antara lain mekanisme komando, interoperabilitas peralatan militer, serta protokol komunikasi yang harus dipahami dan diimplementasikan secara efektif oleh semua pihak yang terlibat.
Kecepatan respons, terutama dalam konteks medis, penanggulangan bencana, dan perlindungan dari ancaman siber, akan menjadi kunci untuk melindungi nyawa serta mencegah eskalasi krisis yang lebih luas.
"Latihan ini akan menguji kesiapan kita dalam bidang medis, penanggulangan bencana, dan keamanan siber, serta akan menjadi ajang untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan global yang semakin beragam," pungkasnya.