- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Jumat, 15 November 2024 | 05:15 WIB
: Mendag Budi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan Inkyo Cheong, pada Rabu (13/11/2024) di Lima, Peru, di sela APEC Economic Leaders’ Week (AELW) 2024/ foto: Humas Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Jumat, 15 November 2024 | 05:19 WIB - Redaktur: Untung S - 81
Jakarta, InfoPublik – Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI), Budi Santoso, mengungkapkan bahwa Indonesia mendorong pengoptimalan pemanfaatan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea Selatan (IK-CEPA), dengan fokus utama pada sektor perdagangan barang.
Salah satu langkah strategis yang diambil untuk mencapai hal tersebut adalah dengan meningkatkan sosialisasi yang lebih intensif, mengingat IK-CEPA telah berlaku efektif sejak 1 Januari 2023.
Hal itu disampaikan Mendag Budi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan, Inkyo Cheong, pada Rabu, 13 November 2024, di Lima, Peru, dalam rangkaian APEC Economic Leaders’ Week (AELW) 2024. Mendag Budi didampingi oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, pada kesempatan tersebut.
Mendag Budi menekankan pentingnya pemanfaatan IK-CEPA yang optimal, "Indonesia mendorong sosialisasi bersama yang lebih intensif untuk meningkatkan pemanfaatan IK-CEPA, terutama di sektor perdagangan barang. Pemanfaatan yang optimal tentu dapat meningkatkan kinerja perdagangan kedua negara, dan salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan intensifikasi sosialisasi," ujar Mendag Budi dikutip dari berdasarkan siaran pers Kemendag yang diterima pada Kamis (14/11/2024).
Sebagai bagian dari upaya untuk memfasilitasi pemanfaatan IK-CEPA, Indonesia dan Korea Selatan telah mengimplementasikan Sistem Pertukaran Data Elektronik untuk Dokumen Asal (Electronic Origin Data Exchange System/EODES) sejak Maret 2024. Sistem ini berfungsi sebagai mekanisme pertukaran Sertifikat Keterangan Asal (SKA) elektronik (e-SKA) yang mendukung pengenaan tarif preferensi dalam kerangka IK-CEPA. Diharapkan, implementasi EODES dapat mempercepat proses perdagangan dan mendorong peningkatan kinerja ekonomi antara kedua negara.
Mendag Budi juga mengungkapkan dukungannya terhadap pelaksanaan sejumlah pertemuan penting yang akan datang. Salah satunya adalah Pertemuan Komite Bersama (JCM) IK-CEPA dan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) Indonesia-Korea Selatan. Pertemuan pertama JCM IK-CEPA telah berlangsung pada 11–12 Desember 2024 di Bali, Indonesia. Mendag Budi menyatakan dukungannya terhadap rencana Pertemuan Kedua JCM IK-CEPA yang akan digelar pada Desember 2024 di Jakarta. Pertemuan tersebut akan menjadi wadah untuk membahas perkembangan dan potensi kerja sama ekonomi antara kedua negara.
Selain itu, Mendag Budi juga memberikan dukungan terhadap rencana pelaksanaan Pertemuan Ketiga JCEC Indonesia-Korea Selatan yang akan diadakan di Jakarta pada Desember 2024, yang akan membahas berbagai aspek kerja sama ekonomi lebih lanjut.
Menanggapi proposal Korea Selatan untuk membentuk ASEAN-ROK Think-Tank Dialogue, Mendag Budi menyampaikan bahwa Indonesia dan negara-negara ASEAN menyambut baik inisiatif tersebut. "Indonesia mendorong ASEAN dan Korea Selatan untuk menugaskan pejabat ekonomi senior untuk menyusun langkah-langkah tindak lanjut dalam mengimplementasikan proposal ini, termasuk menyusun tema-tema yang menjadi kepentingan kedua pihak," ujar Mendag Budi.
Dalam kesempatan tersebut, Korea Selatan juga meminta dukungan Indonesia sebagai tuan rumah APEC 2025. Indonesia menyambut baik permintaan tersebut dan berkomitmen untuk mendukung keberhasilan acara tersebut, yang diharapkan dapat semakin mempererat hubungan ekonomi antara negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.
Total perdagangan Indonesia dan Korea Selatan selama lima tahun terakhir (2019–2023) menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu sebesar 12,51 persen. Pada periode Januari hingga September 2024, total perdagangan kedua negara tercatat mencapai USD15,14 miliar, dengan ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar USD8,17 miliar dan impor Indonesia dari Korea Selatan sebesar USD6,97 miliar. Pada 2023, total perdagangan kedua negara mencapai USD20,83 miliar, dengan ekspor Indonesia tercatat sebesar USD10,30 miliar dan impor dari Korea Selatan sebesar USD10,53 miliar.
Korea Selatan merupakan negara tujuan ekspor Indonesia ke-8 dan negara asal impor Indonesia ke-6. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan meliputi batu bara, gas alam, bijih tembaga, LCD dan LED, serta amonia. Sedangkan produk impor utama Indonesia dari Korea Selatan adalah bahan bakar diesel otomotif, bagian sirkuit elektronik terpadu, mobil sport dan station wagon, penggerak motor, serta prosesor sirkuit elektronik.
Investasi Korea Selatan di Indonesia pada 2023 tercatat sebesar USD2,5 miliar, meningkat 10,66 persen dibandingkan 2022. Peningkatan ini menunjukkan adanya potensi besar dalam hubungan ekonomi kedua negara yang terus berkembang.